Ringkasan dan Implikasi bagi para Wirausahawan
Persepsi
Individu-individu berperilaku dalam suatu cara tertentu yang didasarkan tidak pada cara lingkungan luar yang sebenarnya tetapi, lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini. Suatu organisasi dapat membelanjakan jutaan dolar untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawannya. Tetapi meskipun ada pengeluaran ini, jika seorang karyawan meyakini bahwa pekerjaannya brengsek. karyawan tersebut akan berperilaku sesuai dengan keyakinan itu. Itulah persepsi si karyawan terhadap situasi yang menjadi dasar perilakunya. Karyawan yang mempersepsikan manajer atau pimpinannya sebagai seorang yang mengurangi rintangan dan suatu pertolongan yang membantunya mengerjakan tugas dengan lebih baik dan karyawan yang memAndang penyelia yang sama sebagai "kakak galak, yang memantau semua gerak-gerik, untuk memastikan bahwa saya tetap bekerja" akan berbeda respons perilaku mereka terhadap penyelia mereka itu. Perbedaan itu tidak bersangkut-paut dengan realitas dari tindakan penyelia itu, namun perbedaan perilaku karyawan itu disebabkan oleh persepsi yang berlainan.
Bukti menyarankan bahwa apa yang dipersepsikan oleh individu-individu dari situasi kerja mereka akan mempengaruhi produktivitas mereka lebih daripada situasi itu sendiri. Apakah suatu pekerjaan benar-benar menarik atau menantang tidaklah relevan. Apakah seorang wirausahawan berhasil merencanakan dan mengorganisasikan kerja dari bawahannya dan sebenarnya membantu mereka menstruktur kerja rmereka agar lebih efisien dan efektif jauh kurang penting ketimbang bagaimana para bawahan itu mempersepsikan upayanya.
Pengambilan Keputusan Individual
Individu-individu berpikir dan menalar sebelum mereka bertindak. Karena inilah suatu pemahaman bagaimana orang-orang mengambil keputusan dapat membantu menjelaskan dan meramalkan perilaku mereka. Pada beberapa situasi keputusan, orang mengikuti model optimasi. Tetapi bagi kebanyakan orang, dan kebanyakan keputusan nonrutin, agaknya hal ini lebih merupakan perkecualian daripada aturan. Sedikit keputusan penting bersifat cukup sederhana dan tidak memiliki arti yang sama untuk berlakunya pengAndaian-pengAndaian model optimasi. Jadi kita menemukan individu-individu yang mencari pemecahan yang cukup dan memuaskan (satisfice) bukannya yang mengoptimasi, dengan menyuntikkan sikap berat sebelah dan prasangka ke dalam proses keputusan, dan mengAndalkan pada intuisi.
Model keputusan alternatif yang kami sajikan dapat membantu menjelaskan dan meramal perilaku-perilaku yang akan tampak tidak rasional atau sebarang jika dipAndang di bawah pengAndaian-pengAndaian optimasi. Mengambil keputusan menyederhanakan proses dengan memfokuskan pada kriteria yang tampak dan mudah diukur. Ini dapat menjelaskan mengapa faktor-faktor seperti kerapian, tepat waktu, kegairahan, dan sikap positif sering dikaitkan dengan evaluasi-evaluasi yang baik. Itu juga menjelaskan mengapa lazimnya ukuran-ukuran kuantitas mengalahkan ukuran-ukuran kualitas. Kategori pertama lebih mudah dinilai. Upaya cukup dan memuaskan ini mendorong individu-individu untuk mengambil masalah yang tampak, bukannya masalah yang penting.
Apa yang dapat kita katakan mengenai etika?
Untuk individu-individu yang telah dipekerjakan, para wirausahawan hanya dapat mempengaruhi lingkungan kerja karyawan itu. Jadi hendaknya wirausahawan secara lahiriah berusaha menghantarkan stAndar etika yang tinggi kepada para karyawan lewat tindakan-tindakan yang dilakukannya. Dengan apa yang dikatakan, dilakukan, diganjar, dihukum, dan diabaikan oleh para wirausahawan mereka menyusun nada etis untuk para karyawan mereka. Ketika mempekerjakan karyawan baru, wirausahawan mempunyai suatu kesempatan menseleksi pelamar yang secara etis tidak diinginkan. Proses seleksi misalnya: wawancara, tes, dan pengecekan latar belakang, seharusnya dipAndang sebagai suatu kesempatan untuk belajar mengenai tingkat perkembangan moral dan tempat kedudukan kendali dari seorang individu itu. Kemudian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu-individu yang stAndar etisnya mungkin konflik dengan stAndar etis organisasi atau yang terutama rawan terhadap pengaruh eksternal (luar) yang negatif.
Akhirnya, wirausahawan harus menjaga terhadap kecenderungan meningkatkan komit-men pada keputusan-keputusan untuk menghindari keharusan mengakui bahwa mereka membuat kekeliruan. Pengambilan keputusan muncul dengan risiko dan kadang Anda mengambil pilihan yang salah. Sering lebih rendah biayanya untuk mengakui suatu kekeliruan keputusan ketika kekeliruan itu pertama kali muncul daripada meningkatkan komitmen terhadap keputusan tersebut yang didasarkan pada harapan yang tidak realistis bahwa mungkin akhirnya terbukti keputusan itu benar. Jadi keputusan yang tepat apabila hasil yang dicapai optimal.