a

Tindak Tutur dan Jenis-jenisnya

Tindak Tutur dan Jenis-jenisnya
Tindak tutur adalah kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan (Rustono, 1999:32). Jenis-jenis tindak tutur antara lain: 1) konstatif dan performatif; 2) lokusi, ilokusi, dan perlokusi; 3) representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi; 4) langsung, tidak langsung, harfiah, dan tidak harfiah, dan vernakuler dan seremonial.

1) Konstatif dan Performatif
          Tuturan yang bermodus deklaratif dibedakan menjadi dua, yaitu konstatif dan performatif. Tuturan konstatif adalah tuturan yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Tuturan “Semarang ibukota Jawa Tengah” merupakan tuturan konstatif karena kebenaran tuturan itu.
          Tuturan performatif adalah tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan “Saya mohon maaf atas keterlambatan saya ini” merupakan contoh tuturan performatif. Tuturan performatif tidak dapat dikatakan bahwa tuturan itu salah atau benar. Terhadap tuturan performatif dapat dinyatakan sahih atau tidak. Kesahihan tuturan performatif bergantung kepada pemenuhan persyaratan kesahihan. Empat syarat kesahihan itu adalah:
a)    Harus ada prosedur konvensional yang mempunyai efek konvensional dan prosedur itu harus mencakupi pengujaran kata-kata tertentu oleh orang-orang tertentu pada peristiwa tertentu. 
b)    Orang-orang dan peristiwa tertentu di dalam kasus tertentu harus berkelayakan atau yang patut melaksanakan prosedur itu.
c)    Prosedur itu harus dilaksanakan oleh para peserta secara benar.
d)    Prosedur itu harus dilaksanakan oleh para peserta secara lengkap.

2) Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi
          Berkenaan dengan tuturan, Searle (1969:23-24) mengemukan tiga jenis tindakan yang bisa diwujudkan seorang penutur, yaitu: (a) tindak lokusi, (b) tindak perlokusi, dan (c) tindak perlokusi.
          Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something. Bila diamati konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Tindak tutur lokusi paling mudah untuk diidentifikasi karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan atau tanpa mengaitkan maksud tertentu. Tuturan  Udara panas” yang mengacu kepada makna udara atau hawa panas, lawan dingin; tanpa dimaksudkan untuk meminta kipas angin dijalankan atau jendela dibuka merupakan tuturan lokusi.
     Tuturan yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan adalah tindak tutur ilokusi. Tindak ilokusi disebut the act of doing something. Tuturan “Sayur ini enak meskipun kurang asin” yang dimaksudkan untuk meminta diambilkan garam merupakan tuturan ilokusi.
          Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak disengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak tutur ini sering disebut the act of affecting someone. Sebagai contoh, tuturan “Ada hantu” mempunyai daya pengaruh untuk menakut-nakuti.

3) Representatif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklarasi
            Tindak tutur yang terhitung jumlahnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: (a) representatif atau asertif, (b) direktif atau impositif, (c) ekspresif atau evaluatif, (d) komisif, dan (e) deklarasi atau isbati.
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas sesuatu yang diujarkan. Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan, kesaksian, dan berspekulasi. Tuturan “Mahasiswa yang membayar angsuran kedua sudah 90%”, “Di kota inilah dia dilahirkan”, dan “Sebentar lagi kita berangkat ke Parangtritis” termasuk tuturan reprentatif.
            Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan yang termasuk jenis tindak tutur direktif adalah: memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba, dan menantang. Tuturan “Ambilkan sendok di meja itu!”, “Mana barang yang kau janjikan kemarin?”, dan “Lebih baik Anda pulang sekarang” adalah tuturan direktif.
            Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang diujarkan penutur dimaksudkan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Yang termasuk jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung. Tuturan “Sudah bekerja keras, tetapi gaji tetap tidak mencukupi kebutuhan hidup” termasuk tuturan mengeluh. Tuturan “Kegiatanmu hari ini sangat bermanfaat, Nak” termasuk tuturan memuji.
            Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan sesuatu yang disebutkan di dalam tuturannya. Tuturan yang termasuk jenis tindak tutur komisif adalah berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan, dan berkaul. Contohnya: “Saya berjanji akan mengasuh anak ini dengan ikhlas dan baik”, “Jika kau tidak datang ke pesta pernikahanku, aku tidak akan berteman lagi denganmu”, dan  “Jika ada rezeki, kami akan menunaikan ibadah haji.
            Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan dengan maksud mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni, dan  memaafkan termasuk jenis tindak tutur deklarasi. Contoh tuturan jenis ini antara lain: ”Jangan naik ke meja itu, Dik!”, “Silakan jika ingin mengambil bunga itu”, Bapak maafkan kesalahanmu”, dan sebagainya.

4) Langsung, Tidak Langsung, Harfiah, dan Tidak Harfiah
            Sebuah tuturan yang bermodus deklaratif difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, tuturan interogatif untuk bertanya, dan tuturan imperatif untuk menyuruh atau mengajak atau memohon, dan sebagainya; tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung. Di samping itu, untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa diperintah. Bila hal itu terjadi, terbentuklah tindak tutur tidak langsung. Tuturan seperti “Obat ayahmu sudah habis”; jika dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya, tuturan itu dapat merupakan pengungkapan secara tidak langsung. Hal itu terjadi karena maksud yang diekspresikan dengan tuturan deklaratif itu bermaksud memerintah. Dengan demikian, kita dapat membedakan dua jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tuturtidak langsung.
          Selain itu, tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur harfiah dan tindak tutur tidak harfiah. Tindak tutur harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya; sedangkan tindak tutur tidak harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tuturan imperatif  “Makan hati!”, yang diujarkan seorang kakak kepada adiknya yang sedang makan dan di atas meja tersedia hati ayam digoreng merupakan tindak harfiah. Tuturan “Pemuda itu tinggi hati” yang diujarkan penutur untuk mengungkapkan pemuda yang tidak mudah bergaul merupakan tindak tutur tidak harfiah.

5) Vernakuler dan Seremonial        
          Berdasar sudut pandang kelayakan pelakunya, terdapat dua jenis tindak tutur, yaitu vernakuler dan seremonial. Tindak tutur vernakuler adalah tindak tutur yang dapat dilakukan oleh setiap anggota masyarakat tutur; sedangkan tindak tutur seremonial adalah tindak tutur yang dilakukan oleh orang yang berkelayakan untuk hal yang dituturkannya. Contoh tuturan vernakuler misalnya: “Terima kasih kepercayaan yang sudah diberikan kepada anak saya”. Tindak menikahkan orang “Dengan ini, Saudara saya nikahkan dengan Saudari Jenaka Amalia, putri bapak Sudiro” sebagai contoh tindak tutur seremonial.
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.