a

Struktur fisik puisi

Hakikat puisi
Puisi merupakan karya sastra dengan menggunakan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, biasanya memperhatikan adanya persajakan atau persamaan bunyi, terutama persamaan bunyi di akhir baris.

Meskipun singkat dan padat, bukan berarti puisi tidak kaya makna. Dengan pilihan kata atau yang biasa disebut diksi puisi justru menyampaikan sesuatu dengan lebih bertenaga.

Berikut disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan puisi.


Struktur fisik puisi
Adapun struktur fisik puisi sebagai berikut.
a.    Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi, tampilan, perwajahan yang terdapat dalam puisi tulis. Puisi tidak harus dimulai ari tepi kiri dan habis di tepi kanan, misalnya.  Huruf kapital, huruf kecil, bersambung, dipenggal erpakan suatu penampilan yang menundukng makna sebuah puisi.
                  akume
                                   nangispa
                                                                                               gipa
gidi pinggir ka
                    l                           i

b.    Diksi, yaitu pemilihan kata-kata.  Karena puisi adalah karya sastra dengan sedikit, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik). Perhatikan puisi “Penjual Celana” karya Joko Pinurbo.

Penjual Celana
................
mentang-mentang pakai celana serdadu,penjual celana itu
tiba-tiba sombong dan pura-pura lupa sama aku.
“Anda dari kampung ya? Ejeknya ketika aku sibuk
Mencoba-coba berbagai celana dan tidak juga membelinya
..................................
Diksi dari puisi “penjual celana” karya Joko Pinurbo diantaranya mentang-mentang dan Anda (sombong)

c.    Pencitraan, yaitu kata-kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Pecintraan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).


Pencitraan dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Perhatikan contoh puisi Sapardi Djoko Damono

ADA POHON BERNAFAS

ada pohon bernafas jauh dalam diri kita
di setiap helaanya seratus burung pulang
mendengar cericit anak-anaknya

ada pohon bernafas jauh dalam diri kita
di setiap hembusannya seratus warna bunga
berhamburan menyambut godaan cahaya

Pencitraan puisi “ada pohon bernafas” yang pertama adalah pencitraan penglihatan (melihat pohon bernafas). Kedua pencitraan pendengaran (mendengar cericit anak-anaknya).

d.    Kata kongkret, yaitu kata denotatif yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Kata kongkret “salju” melambangkan beku atau dingin. Kata kongkret “rawa-rawa” berarti sebuah tempat yang berisi air. Rawa-rawa melambangkan tempat berair tetapi kotor. Perhatikan puisi “Negeri Kadal” karya Sosiawa Leak berikut:
Negeri kadal
Negri kami negri kadal
negri yang tidak pernah sepi dari juluran lidah
menjelma dasi, panji-panji hingga janji-jani
..................
e.    Bahasa figuratif/majas, yaitu bahasa berkias yang dapat  menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi memancarkan kaya makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. Perhatikan puisi “Kasidah Hujan” karya Acep Zamzam Noor sebagai berikut:
Dan gerimis pun khusyuk
Bertasbih pada sunyi. Mengguyur rumput-rumput
Yang menari. Pohon-pohon sembahyang seiring semilir angin
Bersujud bersama padi-padi yang merunduk
Merenungi bumi. Langit terbelah oleh salak anjing
Yang bertakbir pada dingin. Lalu hujan tumpah
Mengalir dalam gemuruh
Dzikir: Siapakah yang berkhalwat sepanjang malam
Mendaki bukit-bukit kekekalan? Kilat menyambar-nyambar
Suara cengkerik mengusik tahajud batu karang

f.     Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, repetisi bunyi (kata (Waluyo, 187:92), dan (3) pengulangan kata/ungkapan.
Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Perhatikan puisi “Gurindam enam” karya Taufik Ismail berikut ini:
Gurindam enam
Ketika serakah mencapai daun tomat
Datang banjir ke kawasan kuasa camat

Ketika serakah menggapai daun kelapa
Datang gempa mengguncang kabupaten kita
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.