a

Habitat dan Fragmentasi Habitat

Habitat dan Fragmentasi Habitat
Habitat adalah tempat tinggal suatu organisme hidup. Istilah habitat dipakai juga biasanya untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Dalam hal ini sekelompok organisme mencakup lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (dalam arti organisme lain yang merupakan faktor lingkungan) (Alikodra, 1990; Resosoedarmo dkk., 1993; Heddy dan Kurniati, 1994; Odum,1994). Habitat yang sesuai bagi satu spesies belum tentu sesuai untuk spesies lainnya, karena setiap spesies satwa liar memerlukan kondisi habitat yang berbeda (Alikodra, 1990).  Habitat burung adalah tempat dimana burung itu hidup dan kondisi alam yang terdapat dalam habitat menentukan spesies burung yang hidup di dalamnya. Menurut Iskandar (1980), habitat burung secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: (a) habitat untuk mencari makan, (2) tempat berlindung, (3) bersarang dan bertelur.  
            Deforestation dan perubahan bentuk tata guna lahan hutan merupakan sebagian dari banyak proses fragmentasi hutan yang umum terjadi. Hutan yang semula membentang luas dan saling bersambungan (continuum) berubah menjadi bercak-bercak hutan yang terpencar dan tidak saling bersambungan (discontinuum). Proses fragmentasi hutan telah mengubah elemen terkecil yang semula lahan budidaya menjadi bercak hutan, yang berada di tengah bentang lahan budidaya membentuk "gurun-gurun ekologis", seperti perkebunan, lahan pertanian dan permukiman.  Tidak hanya sampai pada tahap tersebut, fragmentasi hutan juga telah menyebabkan populasi tumbuhan dan binatang terpecah menjadi unit-unit kecil yang kemungkinan akan punah karena proses-proses yang rumit, akibat erosi genetis yang terjadi lewat perkawinan sespesies (Soule, 1986 dalam  Meijaard, et al., 2001) dan meningkatnya kerentanan terhadap faktor-faktor yang berakibat fatal. Turner (1996) dalam Meijaard, et al. (2001) menekankan binatang yang besar, langka atau wilayah sebarannya sempit, atau sangat terspesialisasi dan tidak toleran terhadap perubahan vegetasi di sekitar fragmen-fragmen, sangat rentan terhadap bahaya kepunahan.  Bahkan Svensson, 1995 (dalam Pärt T 1999) menyatakan bahwa degradasi lahan seperti itu telah menyebabkan penurunan populasi 30-60% dalam kurun waktu sekitar 20 tahun.
            Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Blake and Karr (1984); Bucher, et al., (1981); Soule et al., 1992 dalam Arnold, et al. (1995) bahwa frgamentasi yang telah membentuk bercak-bercak habitat dengan berbagai ukuran akan mempengaruhi kekayaan spesies dan keberlangsungan hidup. Studi mengenai fragmentasi hutan terutama di kawasan hutan tropik akibat berubahnya faktor fisik lingkungan dan kelangkaan spesies didalamnya yang menyebabkan perubahan ekosistem serta distribusi dan abundasi spesies telah didokumentasikan oleh Angelstam and Arnold (1993); Hansson and Angelstam (1991); Hobbs (1993); Saunders et al, 1991 (dalam Arnold, et al., 1995). Namun demikian fragmentasi juga memberikan dampak positif seperti yang dijelaskan MacArthur dan MacArthur (1961); Orions (1971); Recher 1969 (dalam Welty and Baptista, 1982), bahwa heterogonitas ruang lebih berpengaruh pada keanekargaman spesies burung daripada heterogenitas spesies pohon. Hasil studi profil diagram vegetasi didaerah tropis dan subtropis menunjukkan bahwa spesies burung yang tinggal di suatu area berkorelasi lebih kuat dengan tingkat struktur vegetasi yang terdiri dari tinggi tumbuhan dan konfigurasi vegetasi, daripada tingkat keanekaragaman spesies vegetasi. Hal tersebut didukung oleh Forman and Gordon (1986) yang menyatakan bahwa biomassa dan produktivitas vertebrata lebih tinggi di tepi bercak daripada di tengah bercak. Kemudian Pärt T (1999) menjelaskan bahwa bentang lahan yang dibangun oleh tipe komunitas yang berbeda fisiognomi vegetasinya memberikan dampak positif terhadap keanekaan spesies burung, karena kedua tipe vegetasi tersebut dapat menjadi habitat yang berbeda bagi berbagai spesies burung yang berbeda pula. 
Beberapa efek yang diakibatkan oleh fragmentasi hutan menurut Soule (1986) dan Turner (1996) (dalam Meijaard, 2001), diantaranya (a) efek pinggiran–kekeringan, dampak radiasi, membuat lebih rentan terhadap serangan angin dan kebakaran; (b) pengaruh perburuan dan pengumpulan hasil hutan oleh sekelompok orang menjadi lebih kuat; (c) erosi genetis karena penurunan jumlah populasi dan bencana berskala kecil; (d) penggusuran spesies klimaks oleh spesies perintis dari pinggiran hutan ke bagian dalam dan serbuan spesies asing; (e) perubahan fungsi pengaturan iklim regional; (f) peningkatan sifat musiman pada pohon dan liana; (g) persaingan meningkat karena populasi binatang terlalu berdesakan dan melampaui daya dukung lingkungan; (h) kepunahan mammalia berukuran besar khususnya predator dan frugivora, karena mati kelaparan dan erosi genetis; (i) berkurangnya kesempatan untuk imigrasi dan pertukaran genetis (efek jarak); (j) pergeseran komposisi spesies binatang ke arah omnivora dan herbivora yang lebih kecil. Menurut Primack (1998), fragmentasi pada suatu habitat akan menghasilkan habitat baru yang berbeda dengan habitat asal, yaitu: (a) fragmen memiliki daerah tepi yang lebih luas dari daerah asal dan (b) daerah tengah (pusat) lebih kedaerah tepi.
            Fragmentasi habitat tidak hanya terjadi pada suatu kawasan hutan, namun juga dapat terjadi pada kawasan-kawasan budidaya yang sebelumnya luas kemudian berubah menjadi bercak-bercak lahan pertanian dengan beragam tipe tata guna, dampak yang ditimbulkannya juga tidak kecil seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Dampak tersebut adalah burung-burung padang rumput memiliki densitas yang rendah pada patch area kurang dari 10 ha (Herkett, 1991); perubahan struktur vegetasi yang menyebabkan pengaruh terhadap keberhasilan persarangan (Skinner, et al., 1984 dalam Warner 1994); Shallaway, 1985; O’Connor and Shrubb, 1986; Yahner 1988; Best et al, 1990); terjadinya perubahan penampakan floristik (Graber and Graber, 1963 dan Moller, 1987 dalam Warner (1994); Knick and Rottenberry, 1995). Timbulnya tekanan predasi sarang dan parasit (Gates and Gysel, 1978; O’Connor and Shrubb, 1986, Yahner 1988  dalam Warner (1994); berkurangnya keberlangsungan habitat yang berasosiasi dengan satwa liar, termasuk beberapa spesies burung (Quigley and Arbelbide 1997; Saab and Rich 1997). Perubahan tipe tanah dan kondisi kawasan juga menyebabkan perubahan struktur vegetasi, bentang lahan dan karakteristik bentang lahan yang akan mempengaruhi kelimpahan spesies burung (Haegen et al, 2000). Dampak tersebut timbul akibat pola rotasi pada lahan pertanian yang menyebabkan keanekaan habitat berubah dan menurun (Chamberlain et al, 1998); tingginya penggunaan pestisida pada sistem pertanian (Campbell et al, 1997 dalam Chamberlain et al, 1998; Dritschillo and Wanner, 1980; Hald and Reddersen, 1990; Moreby, et al., 1994; Green, et al., 1994; MacDonald and Johnson, 1995 dalam Chamberlain, et al., 1998 dan Lack, 1992 dkutip dari Chamberlain, et al., 1998).
            Dampak dari fragmentasi hutan alam dan pengalihfungsian tata guna lahan pertanian adalah tersisanya fragment-fragment hutan dan bercak-bercak tata guna lahan pertanian pada bentang ekosistem. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Van Ballen (1999), ditarik beberapa sintesis bahwa terbentuknya fragment-fragment hutan alam dan bercak lahan pertanian akan menyebabkan penurunan keanekaragaman burung akibat menurunnya daya dukung lingkungan, rendahnya  kemampuan distribusi (migrasi-imigrasi lokal) dan meningkatnya pengaruh efektepi terhadap spesies-spesies lokal. Hal yang dikemukakan oleh Van Ballen (1999) didukung oleh Lovejoy et al., (1986), yang menyatakan bahwa kehadiran spesies lokal pada suatu komunitas akan terganggu akibat adanya pengaruh efek tepi yang disebabkan oleh ukuran fragment dan bercak yang tersisa. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa luas fragment/bercak yang berukuran kurang dari 100ha akan mendapatkan tekanan efek tepi yang kuat dibandingkan dengan frgament/bercak dengan luas > 100ha.
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.