a

Gangguan Berbahasa

Gangguan Berbahasa
Gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: 1) gangguan berbicara, 2) gangguan berbahasa, dan 3) gangguan berpikir.

1) Gangguan Berbicara
          Gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: (a) gangguan mekanisme berbicara, (b) gangguan akibat multifaktorial, dan (c) gangguan psikogenik.
          Gangguan mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan, dan paru-paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanismenya dapat dirinci menjadi gangguan berbicara akibat kelainan: (1) pada paru-paru (pulmonal), (2) pada pita suara (laringal), (3) pada lidah (lingual), dan (4) pada rongga mulut dan kerongkongan (resonantal).
          Gangguan akibat multifaktorial bisa menyebabkan terjadinya gangguan berbicara. Gangguan bicara yang bisa terjadi antara lain: (1) berbicara serampangan adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan “menelan” sejumlah suku kata, sehingga yang diucapkan sukar dipahami; (2) berbicara propulsif, biasanya terdapat pada para penderita penyakit parkinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku, dan lemah);  dan (3) berbicara mutis; penderita gangguan mutisme bukan hanya tidak dapat berkomunikasi secara verbal, tetapi juga tidak dapat berkomunikasi secara visual maupun isyarat.
          Gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara. Mungkin lebih tepat disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi merupakan ungkapan gangguan di bidang mental. Gangguan bicara psikogenik ini antara lain; (1) berbicara manja, (2) berbicara kemayu, (3) berbicara gagap, dan (4) berbicara latah.

2) Gangguan Berbahasa
          Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah Broca dan Wernicke harus berfungsi baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia.  Terdapat dua jenis afasia, yaitu  afasia motorik dan afasia sensorik.
          Terdapat tiga macam afasia motorik, yaitu:
(a) Afasia motorik kortikal, yaitu hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. Penderita afasia motorik kortikal masih bisa mengerti bahasa lisan dan bahasa tulis; namun ekspresi verbal tidak bisa sama sekali, sedang ekspresivisual (bahasa tulis dan bahasa isyarat) masih bisa dilakukan.
(b) Afasia motorik subkortikal, yaitu tidak dapat mengeluarkan isi pikiran dengan menggunakan perkataan, tetapi masih bisa mengeluarkan perkataan dengan cara membeo. Pengetian bahasa verbal dan visual tidak terganggu, dan ekspresi visual pun berjalan normal.
(c) Afasia motorik transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah Broca dan Wernicke. Ini berarti, hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu; masih dapat mengutarakan perkataan yang singkat dan tepat, tetapi masih mungkin menggunakan perkataan substitusinya. Contoh: kata pensil disebut dengan tu, tu, tu, untuk menulis.
          Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah Wernicke pada hemisferium yang dominan. Penderita afasia sensorik ini kehilangan pengertian bahasa lisan maupun bahasa tulis. Namun mereka masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain.

3) Gangguan Berpikir
       Gangguan pikiran dapat berupa hal-hal berikut.
(a) pikun, seperti: perubahan kepribadian, perubahan perilaku, dan kemunduran dalam segala macam fungsi intelektual.
(b) sisofrenik, berbicara terus-menerus, tetapi banyak berdialog dengan diri sendiri.
(c) depresif, curah verbal dicoraki oleh topik yang menyedihkan, menyalahi dan mengutuk diri sendiri, kehilangan gairah hidup, tidak mampu menikmati kehidupan, dan cenderung mengakhirinya.
          Selain tiga macam gangguan berbahasa yang telah disebut di atas, dapat kita temukan pula gangguan berbahasa akibat lingkungan sosial. Artinya, terasingnya seorang anak manusia yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan manusia. Keterasingannya bisa disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia, melainkan dipelihara oleh binatang serigala atau binatang lain.
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.