Etika Tujuan
Setiap perbuatan manusia selalu mengandung 2 hal, yaitu:
1. Kecenderungan batin, kecenderungan baik atau buruk, yang disebut : sumber perbuatan
2. Tujuan perbuatan, yaitu suatu yang timbul atau terjadi setelah dilakukan perbuatan
De Vos (1987) menyatakan etika tujuan adalah etika yang memandang objek pertimbangan moral yaitu tujuan perbuatan bukan sumber perbuatan.
Etika tujuan banyak dianut dalam berbagai bentuk, karena kenyataan menunjukan bahwa setiap manusia bertanya :
- Apakah tujuan hidup yang sebenarnya?
- Apakah untuk mencapai kebahagiaanharus bisa membuat orang lain bahagia mengabdi kepada manusia-manusia lain, mengembangkan kepribadian untuk hal-hal lain?
- Apakah tujuan tertinggi mencakup serta mengatasi tujuan-tujuan lain?
Jadi ada berbagai macam tujuan hidup yang dipertanyakan. Untuk mencapai tujuan-tujuan hidup itu orang harus berbuat. Melakuakan perbuatan, merupakan suatu usaha dan usaha itu selalu terarah untuk mencapai tujuan.
Sifat tujuan menentukan sift usaha, yang akhirnya menyingkirkan sifat manusia, dan akhirnya berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya memberi gambaran mengenai keadaan moral seseorang. Namun harus diakui bahwa ada hubungan yang erat antar tujuan dengan kecenderungan batin yang berkaitan dengan moral.
Tujuan terjadi karena kecenderungan batin. Sebaliknya tujuan menentukan kecenderungan batin. Pada akhirnya kecenderungan batin harus tetap diutamakan asalkan dipahami secara luas.
Goethe pernah berkata mausia menjadi dewasa karena tujuannya yang semakin tingi. Namun demikian kecenderungan batin tetap yang utama.
Mausia dngan kecenderungan batin merencanakan tujuannya. Norma moral menentukan tujuan yang baik.
Kesimpulannya : Etika tujuan adalah etika yang objeknya adalah pertimbangan moral perbuatan / tujuan perbuatan, namun tidak terlepas darikecenderungan batin tersebut.