Cerpen-Perjalanan Cinta Luna,
By: Nia Trisnawati (089625639142)
Bab
1
#
Dicky
“dia...gadis
yang baik” tertatih, “aku yakin dia yang terbaik, dan... dapat menjadikanmu
lebih baik...”.
Tit........................................................................................
“sayang...”
bisikku sambil mengelus rambutnya. “bangun, buka matamu!” ucapku yang mulai
terisak.
Kesedihan
mendalam terurai dari lantunan ayat-ayat suci yang kukirimkan padamu Syira.
Walau hanya sebentar, walau kamu hanya mampir dihatiku tapi kamu telah merubah
hidupku. Syira kurelakan dirimu karena ku tau kamu telah membawa cinta kita ke
keabadian.
# Luna
Bip..bip...
“Hallo...
Syafira, kamu kenapa nangis?” tanyaku ketika mendengar suara Syafira menangis
tersedu. “nggak mungkin, kenapa kamu baru ngabari” suaraku mulai terisak-isak.
“baiklah aku pulang besok”.
Butuh
satu hari perjalanan dari Lombok ke jember. Aku memang tidak langsung kerumah
Syira karena aku baru sampai di jember jam 3 pagi.
Esok
paginya aku segera bergegas pergi ke rumah Syira, tak lupa aku membeli
serangkaian bunga untuk kubawa kemakam. Sesampainya aku disana, mataku tertuju
kepada isakan seorang ibu yang sedih karena anak yang ia cintai dan
satu-satunya dalam hidupnya telah tiada. Perlahan kulangkahkan kakiku
mendekatinya, kupaksakan senyuman kecil untuk menghiburnya. Ibu yang tak lain
adalah Bunda Syira hanya dapat menggeleng dan memelukku erat.
Berusaha
terlihat tegar Bunda melepaskan pelukannya dariku dan bertanya “kamu sudah ke
makamnya?” sambil menghapus butiran air mata yang mengalir deras dipipinya.
Aku
berjalan dengan mengumpulkan ketegaran. Rasanya lenganku tak kuat memimpin
setir mobilku, tapi aku harus tetap menahanya. Akhirnya aku sampai didepan
nisan bertuliskan nama sahabatku ini. Serasa tak kuat lagi menunjang tubuhku
sendiri aku terkulai lemas didepan nisan sahabatku. “Syira, aku dateng, aku
bawa karangan bunga lili.. bunga yang slalu ingin kau miliki utuh, sekarang
kamu akan memilikinya dengan utuh.. Syira aku minta maaf jika aku punya salah”
kata-kata itu yang aku katakan didepan Syira aku tak dapat menahannya lagi. Aku
segera berlari meninggalkan tempat itu, aku tak dapat menahan tangisan lagi.
Sepulangnya
aku dari makam aku tak langsung pulang. Aku mampir ke cafe kesukaan Syira,
rasanya baru kemarin dia mengatakan bahwa cafe ini adalah cafe faforitnya, baru
ketika dia pulang dari belanda untuk belajar arsip kejaksaan disana. Dia memang
baru pulang dari belanda, kira-kira 2 tahun yang lalu ia baru pulang tapi
langsung menggenggam tanganku dan menariku kesini.
“hahaha...
iya benar, memang dia cantik tapi tak secantik kalian sayang”, suara itu sangat
aku kenal.
‘Dicky,
hah, gak salah liat aku nih, setauku Dicky beneran cinta sama Syira, tapi
kenapa dia bisa tertawa riang dengan wanita-wanita itu’ pikirku ketika melihat
Dicky merangkul beberapa wanita ditempat ia duduk. Aku tidak dapat menahan emosiku lagi.
Aku
menghampirinya dan menarik bahunya sehingga ia berputar melihatku dan berkata
“tanah kuburan pacar kamu aja belum kering, enak-enaknya kamu tertawa riang
disini” teriakku kearahnya.
“maksudmu
aku?... siapa yang kamu maksud cantik?” jawabnya ringan. “mungkin yang kamu
maksud orang lain” lanjutnya sambil tersenyum tanpa dosa.
#
Adicka
Seorang
gadis menghampiriku dan menarik bahuku sehingga aku berputar melihatnya dan ia
berkata “tanah kuburan pacar kamu aja belum kering, enak-enaknya kamu tertawa
riang disini” teriaknya kearahku.
“maksudmu
aku?... siapa yang kamu maksud cantik?” jawabku. “mungkin yang kamu maksud
orang lain” lanjutku. Tanpa menjawab, namun dia menarik nafas dalam-dalam dan
berpaling pergi.
#
Dicky
Ini
hari ke-7 sepeninggalannya Syira. Aku ikut datang untuk membantu proses disana.
‘Itu bukannya Luna, Luna sahabatnya Syira kan’. Aku mendekatinya untuk
menyapanya, tapi aku keburu dipanggil mamanya Syira, aduh gak jadi deh nyapa
dia.
“Luna,.. Luna kapan kamu pulang?” sapaku pada gadis
berkulit sawo matang dan berjilbab.
“apa-apaan
sih...” jawabnya sambil menekuk mukanya ketika aku menyapanya. Kusut amat
mukanya lagi kedatangan tamu kali dia ya. “oh ya, jangan sekali-sekali
memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...” kata-katanya terhenti
ketika Adicka merangkul bahuku, “dia?” tanyanya heran ketika melihat kami.
“aku
belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak
cerita, pasti dia lupa” jelasku.
“wah...
ada cewek rese’ disini, loe kenal bang?” tanya Adicka. Aku tidak segera
memperkenalkan mereka, karena sepertinya mereka sudah pernah ketemu. Yang pasti
dalam susana yang ndak enak.
#Adicka
“oh
ya, jangan sekali-sekali memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...”
kata-katanya terhenti ketika aku merangkul bahu Bang Dicky, “dia?” tanyanya
heran ketika melihat kami.
“aku
belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak
cerita, pasti dia lupa” jelas Bang Dicky.
“wah...
ada cewek rese’ nih disini, loe kenal bang?” tanyaku. Aku memang pernah bertemu
dengan cewek itu, yang pasti dalam susana yang ndak enak. Sepertinya cewek itu
malu berat deh, dia gak jawab apa-apa malah langsung lari dengan wajah merah
padam.
“bang,
loe kenal cewek tadi?” tanyaku.
“dia
sahabatnya almarhumah Syira, jangan berfikir untuk mempermainkan hatinya!”
jawab Bang Dicky.
“yyeey...
sapa juga yang mau gitu, bukan tipe gue kali bang” jawabku meyakinkan Bang
Dicky.
# Luna
“oh
ya, jangan sekali-sekali memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...”
kata-kataku terhenti ketika seorang cowok merangkul bahu Dicky, “dia?” tanyaku
heran ketika melihat mereka.
“aku
belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak
cerita?, pasti dia lupa” jelas Bang Dicky.
“wah...
ada cewek rese’ nih disini, loe kenal bang?” tanyanya. Kami memang pernah
bertemu, yang pasti dalam susana yang ndak enak. Aku malu berat deh, aku gak jawab apa-apa malah
langsung lari dengan wajah merah padam.
Sebenarnya
aku malu banget sekaligus merasa bersalah, minggu lalu aku udah bentak-bentak
cowok itu tanpa denger penjelasannya. Oke...oke... aku bakalan minta maaf ke
cowok itu. Nyebelin sih, liat kenyataan kalo aku yang salah tapi, mau gimana
lagi.
#
Dicky
Setelah
keributan itu aku merasa ada yang ganjal, tapi....aaarrrkkhhh masa’ hal sepele
ini aku pikirin. Udahlah.
“bang
aku cabut dulu ya!” sapa adikku yang nakal banget.
“
mau kemana loe, nanti sore mama papa pulang, kita harus jemput mereka” jawabku.
“udahlah
bang, mama papa tau kalau gue ni gak suka nunggu-nunggu kayak gitu. Abang aja
ya....plis!” jawabnya enteng.
Belum
aku menjawab itu semua dia uda berangkat pake jaguar birunya. Adikku yang satu
ini selalu saja, sejak kembali dari belanda dia berubah jadi anak yang tidak
nurut lagi ke aku abangnya.
# Luna
Heem... kuhembuskan nafas dalam-dalam.
Aku harus tahan amarahku kalo didepan cowok itu.
“tingtong....”
belnya sudah kupencet, tinggal tatap matanya dan ucapkan permohonan maaf.
Dan.... aku memasang muka bertanya dengan alis terangkat sebelah.
“Luna?
Ngapain kesini? Mau ketemu aku atau...” sapa Dicky.
“aa...kembaranmu”
jawabku.
“Adicka
lagi nongkrong di cafe” jawab Dicky.
Aku
tak melihat ekspresi Dicky tapi aku merasa gak enak juga, datang gak disuruh,
pulang gak pamit.
Tak
butuh waktu yang lama untuk sampai di cafe. Aku masuk dan lansung melontarkan
pandanganku kesetiap pengunjung yang ada. Dia ada di sudut dekat jendela bersama teman wanitanya, tanpa
menunggu lama aku menghampirinya.
“heh,, aku minta maaf soal waktu itu!” kataku
namun dengan suara kecil. Aku yakin dia tidak budek, dia pasti mendengarnya
tapi sok gak denger.
Sabar
Lun,, “aku minta maaf” ucapku dengan menarik jumpernya. Dia hanya menoleh dan
tersenyum.
Aku
sedikit lega berarti dia memaafkanku. Aku tak perlu menjawabnya, aku langsung
menuju pintu keluar. Baru satu langkah tanganku ditarik cowok itu sehingga aku
terseret dalam pelukannya. Aku menoleh dan memasang muka heran. Lalu dia
berkata “ tak masalah jika yang membentakku gadis secantik kamu” sambil
menyunggingkan senyum manisnya. Malas untuk kuakui senyumanya memang manis.
“iiih...
apa-apan sih, aku kesini mau minta maaf bukan jadi bahan ledekanmu” jawabku.
Tanpa menunggu detik selanjutnya aku langsung berlari kecil kearah pintu keluar
dan merogoh ketas berwarna biruku. Aku mengambil kunci mobil dan segera pulang.
#
Adicka
“heh,,
aku minta maaf soal waktu itu!” kata gadis yang kemarin namun dengan suara
kecil. Aku memang mendengarnya tapi sok gak denger.
“aku
minta maaf” ucapnya dengan menarik jumperku. Aku hanya menoleh dan tersenyum. Aku agak kaget ketika melihat dia akan
beranjak pergi tanpa berpikir panjang aku segera menariknya dalam pelukanku.
Aku
berharap dengan begini dia tak akan marah. “ tak masalah jika yang membentakku
gadis secantik kamu”ucapku sambil menyunggingkan senyum manisku.
“iiih...
apa-apan sih, aku kesini mau minta maaf bukan jadi bahan ledekanmu” jawabnya.
Tanpa menunggu detik selanjutnya dia langsung berlari kecil kearah pintu
keluar. Haduuh dia marah lagi.
# Luna
Memikirkan
kejadian itu aja aku udah jijik banget. Apa-apaan sih dia itu, tiba-tiba
memelukku seperti itu. Sejak kejadian itu aku gak mau lagi ketemu sama dia.
Sudah
sebulan lebih dari kematian Syira, dan besok adalah hari peringatan kematian
Syira ke-40. Jangan-jangan Dicky sama adiknya itu datang lagi. Malas banget,
tapi Syira itu sahabatku aku gak enak sendiri kalo gak dateng. Ya sudahlah aku
tahanin amarahku.
Keesokan
harinya aku datang kerumah Syira sekitar jam 8 pagi, kulihat disana sudah ramai
orang yang akan membantu resepsinya. Aku mulai melihat sesosok laki-laki yang
mirip pacarnya Syira itu. Awalnya aku bingung untuk membedakanya tapi setelah
melihat sikapnya yang gak mau bantu orang-orang disana aku yakin dia cowok
kurang ajar itu. Aku juga melihat Dicky menggunakan peci kecil di kepalanya.
Tampak serasi dengan baju koko yang ia kenakan.
“
wah ada gadis cantik nih...” ucap seorang pemuda dengan merangkul bahuku.
Tanpa
kusadari cowok kurang ajar itu sudah ada disampingku. Secara refleks aku
menghindar dari rangkulannya tapi dibelakangku ada seorang ibu yang lagi bawa
wajan gede. Kakiku kubelokan kearah lain. Mungkin cowok itu refleks dan
langsung menggenggamku erat dan perlahan ia menarikku.
“
apa-apaan kamu, kamu kira disini cafe sepi sembarangan menghindar aja,
ceroboh!” ujar cowok itu lantang.
Aku
hanya terpaku mendengar perkataan kasar itu. Entah kenapa, aku sangat tidak
suka dengan orang yang berkata kasar. Karena bagiku orang yang berkata kasar
itu orangnya pasti bersikap dingin tapi, aku merasakan kehangatan yang begitu
mendalam yang tersirat dari ucapan cowok itu.
Sejak
hari itu aku selalu memikirkan cowok itu. Dan setiap wajahnya muncul dibenakku
aku selalu deg-degan, apa ini pertanda ya.
“tunggu,
rasanya aku tidak pernah melihatnya lagi” ucapku seraya bangun dari kasur
empukku. “masa’ nunggu hari peringatan Syira lagi?” lanjutku.
“aaaarrrrkkkhhh...... lama” ujarku lagi dengan membanting tubuhku ke kasur.
“ah...
apa kusamperin ke cafe” ujarku. Tanpa berfikir lagi aku bangun dan mengganti
baju dan mengambil jas panjang berwarna hitam.
Aku segera memakai sepatu yang serasi dengan bajuku dan langsung menuju
garasi. Tak butuh waktu yang lama untuk sampai disana.
Aku
melempar pandanganku dari sudut kesudut. Tak sebatang hidungpun kutemukan dia.
Aku merasa menyesal tapi, terlanjur ku disini kenapa tidak makan dulu lagi pula
aku juga belum sarapan. Aku mengambil tempat duduk yang dekat jendela, matahari
pagi bagus untuk kulitku.
“
saya pesan vanila cake dan ice cream vanila,” ucapku pada seorang pelayan.
“
bawakan 2 ya” sambung seorang cowok yang sangat aku kenal.
#
Adicka
Saat
aku memasuki cafe biasanya, aku tak biasa lihat-lihat pengunjung dulu. Tapi
hari ini beda, kulemparkan pandanganku dan mendapati sesosok gadis cantik yang
sedang menghadap jendela. sinar matahari menyinari tepat diwajahnya, sehingga
terlihat kombinasi yang begitu indah dan cantik. “ saya pesan vanila cake dan
ice cream vanila,” ucap gadis sahabat Syira itu.
“
bawakan 2 ya” sambungku, aku yakin suaraku cukup familiar ditelinganya.
“ngapain
kamu disini, sembarangan duduk lagi, emangnya aku udah ngijinin kamu duduk
disini?” katanya.
“bangku
lainnya sudah penuh, lagi pula aku yakin kamu nggak akan keberatan aku disini”
jawabku. “ namamu siapa, dari kemarin kita ngobrol belum sempat kenalan”
tanyaku.
“
Luna, Luna namaku, sedangkan kamu?”
tanyanya padaku.
“Adicka,
Adicka Ajuna Putra, bagaimana dengan novel-novelmu, ada yang baru?” tanyaku,
tapi aku sadar seharusnya aku tidak bertanya soal itu. Karena aku tahu itu
semua dari Syira.
“darimana
kamu tahu tentang novelku?” tanyanya heran melihat kearahku dengan mata
disipitkan.
“a...aku
tahu dari... aah Dicky, abangku itu suka bercerita tentang kamu dan pacarnya
itu”jawabku. Dan dia sepertinya mulai mempercayainya. Walau itu sebenernya
bohong, hehehe...
‘Entah
sampai kapan harus begini, mungkin dengan menyusulmu kita dapat bersatu lagi’.
#
Dicky
Hari
ini ultahku dengan Adicka, aku akan mengajak Luna untuk membantuku memilihkan
kado apa yang cocok untuk Adicka. Kami sudah janjian sebelumnya.
Luna
menyarankanku untuk membelikan syal berwarna abu-abu bercorak polkadot untuk
Adicka. Kenapa selama bersama Luna aku merasakan Syira juga bersamaku. Apa....?
apa Luna memiliki sebagian dari Syira?.
“
Lun, aku boleh tanya sesuatu?” tanyaku.
“
silahkan aja, kenapa enggak, dicky...dicky... masih aja canggung, padahal kita
sudah saling mengenal selama 3 tahun” jawabnya sambil menyenggolku dengan
bahunya yang tegap terasa tegas untukku.
“
jika..., Syira menitipkan amanat untukmu apakah kamu akan melakukannya?”
tanyaku, setlah aku bertanya itu suasana terasa menjadi hening seketika, suasananya
terasa enggak enak banget.
“
kalau itu dari Syira apa salahnya” jawabnya polos. Apakah aku bberani
menanyakannya.
“
Lun kamu tahu kan kalu Syira itu Jaksa penyelidik, sebenarnya ada yang aneh
setelah dia mengambil S2 di belanda, rasanya ada yang berubah dari sikapnya, walau
lamban laun dia kembali seperti biasa tapi aku ngerasa dia nyembunyiin sesuatu
dari aku, kamu kan sahabatnya, mungkin kamu tahu sesuatu tentang berubah sikap
Syira?” ceritaku.
“
aku juga merasakannya, tapi... bukan saat dia kembali dari belanda tapi ketika
kamu ucapkan kata sayang kamu ke Syira, aku ngerasa dia ada beban tapi gak bisa
cerita” jawabnya.
Setelah
perbincangan tadi kami tidak mengobrol lagi. Aku dan Luna saling berfikir apa
yang sebenarnya Syira sembunyiin dari kami.
# Luna
Aku
gak tahu apa yang terlintas difikirannya Dicky. Mungkin ada hubungannya dengan
hari itu ya. Tanggal 08 April tepatnya tahun 2010, hari itu hujan deras, Aku,
Syira, Syafira, Ciko, dan agung sedang berkeliling untuk mencari objek foto
yang indah. Saat itu Syira belum mengenal Dicky, saat itu dia selalu membuka
e-mailnya dan menunggu jawaban dari seseorang. Aku pernah melihat fotonya,
sepintas dia terlihat seperti Dicky. Awalnya aku pikir tak ada yang spesial
dari itu semua. Selang beberapa bulan Dicky datang dalam kehidupan kami, saat
Dicky datang Syira seperti sudah mengenalnya, tapi seketika raut wajahnya
berubah ketika ia tahu namanya Dicky. Enta apa yang ia pikirkan.
Dan
disaat Dicky menyatakan CINTA kepada Syira, Syira seakan harus menimbangkan
suatu resiko besar yang akan ia hadapi. Tak butuh waktu lama untuk Syira
menjawab, karena keesokan harinya Syira langsung menjawab IYA kepada Dicky.
Tapi ia berlinang air mata, kupikir itu air mata bahagia.
Aaarkh....
apa yang merasukiku ini. Aku tidak boleh buruk sangka kepada sahabatku ini. Kan
hari ini ultah Dicky dan Adicka bagaimana kalau aku memberikan hadiah jas model
terbaruku. Hehe sebenarnya yang ngedesign bukan aku, tapi berhubung mamaku bisa
menjahit jadi yang membuat adalah mamaku. Syiralah designer semua gaun yang ada
dirumahku. Syira memang pintar dalam hal seperti ini.
“tingtong...”
kubunyikan bel rumah Dicky.
“
non cari siapa ya?” tanya seorang pembantu membukakan pintu untukku.
“saya
datang untuk Dicky dan Adicka, mereka ada?” tanyaku padanya.
“
den Dicky sama den Adicka didalam lagi tengkar, ndak papa non nemuin mereka
saat gini?” tanya bibi itu padaku.
“ndak
papa kok bi, mereka lucu kok kalo bertengkar kayak gitu” jawabku.
“
tapi non, ini lain, ini nyangkut pacarnya den Adicka” kata bibi itu.
“masalah
sepele kok, saya bisa tangani itu” jawabku meyakinkan bibi itu.
‘
Adicka punya pacar? Terus apa masalahnya? Kenapa sampai bertengkar dengan
Dicky?. Perlahan aku membuka pintu kamar Dicky. Aku mendapati Dicky sedang
berada disudut kamar dengan membanting semua barang yang berada dimeja.
“
Dicky, ada apa? Emangnya kenapa dengan pacarnya Adicka?” tanyaku perlahan
membangunkannya dari keputusasaaan.
“
Adicka... pacarnya Syira?” jawabnya yang mulai terisak.
“
jangan bercanda! Mana mungkin Syira mendua, setahuku Syira sangat mencintaimu,
pasti ada kesalahan” jawabku yang tak mungkin bisa menerima semua ini.
#
Dicky
Kenapa?
Sebenarnya ada hubungan apa antara Adicka dan Syira? Surat apa ini? Kenapa
banyak surat atas nama Syira dan Adicka?.
“
Dicky, ada apa? Emangnya kenapa dengan pacarnya Adicka?” tanya Luna perlahan
membangunkanku dari keputusasaaan.
“
Adicka... pacarnya Syira?” jawabku yang mulai terisak.
“
jangan bercanda! Mana mungkin Syira mendua, setahuku Syira sangat mencintaimu,
pasti ada kesalahan” jawabnya yang juga tak mungkin bisa menerima semua ini.
Kami
berjalan perlahan menuju kamar Adicka. Aku membuka pintunya dan mendapati
Adicka terkapar dilantai dengan beberapa obat yang berserakan. Aku dan Luna
begitu kaget dan segera membawa Adicka kerumah sakit.
‘
Ya tuhan aku masih menyayangi adikku, kumohon sembuhkan dia! Setelah ia sembuh
aku akan menerima semua kenyataan, walau itu nantinya menyakitkan. Aku tidak
mau kehilangan lagi tuhan!’ doaku dalam batin. Rasanya kini batinku tercabik,
namun aku sangat menyayangi adikku ini.
Kuhembuskan
nafasku dalam-dalam, aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa berdiri
dan bertahan untuk adikku.
“bagaimana
dokter, ada apa dengan adik saya? Obat apa yang dia minum? Dia tidak Over Dosis
kan dok?” tanyaku khawatir ketika dokter keluar dari ruang IGD. Dokter tak
segera menjawab membuat kekhawatiranku memuncak, dokter hanya menggelengkan
kepala dan langsung berpaling.
“maaf
anda keluarga pasien?” tanya seorang perawat.
“
iya saya kakaknya”.
“
silahkan anda urus administrasinya dan setelah itu keruangan dokter Hilman,
ruangannya ada di ujung lorong ini sebelah kanan” suruh perawat itu. Aku
menyuruh Luna untuk mengurus administrasinya sedangkan, aku segera menemui
dokter tadi.
# Luna
Setelah
aku mengurusi administrasi aku segera menyusul Dicky. Baru aku sampai dilorong
aku melihat Dicky terkulai lemas berjalan dituntun dinding yang tak akan
tergerak.
“
bagaimana? Ada apa dengan keadaan Adicka?” tanyaku yang mulai khawatir.
Seakan
dunia akan runtuh dia berpegangan pada bahuku dan berkata “ Adicka Lun...
Adicka terkena kanker darah, dan itu sudah stadium lanjut” ujarnya dan dia
mulai terisak menahan air mata.
Mungkin
karena aku lemah, aku tak dapat menahan air mataku lagi. Bendungan ini terasa
perih jika kutahan lagi, kenapa ketika aku dapat merasakan cinta lagi dia akan
pergi?. Ini tak adil untukku.
Terlepas
dari itu semua aku dan Dicky menunggui Adicka diruang perawatan. Kami menunggu
ia sadar menanyakan semua yang harus kami ketahui. Tampak menyedihkan melihat
Adicka terbaring dengan beberapa kabel yang tertancap ditubuhnya. Tapi, apa
daya kami.
“
Dicky kamu kan abangnya, kenapa kamu tidak tahu kalau adikmu sakit parah?”
tanyaku kepada Dicky yang mulai berhenti terisak karena kesedihan.
“aku
gak tahu karena sejak ia kelas 1 SMA dia tinggal dibelanda dan kami jarang
berkomunikasi” jelasnya.
Aku
melihat tangan Adicka tergerak, aku sepontan maju dan melihat Adicka berusaha
membuka matanya.
“
abang...” panggilnya lirih.
“
aku disini..” jawab Dicky seraya menggenggam tangan adiknya.
#
Adicka
Kubuka
mataku walau terasa berat.
“
abang...” panggilku lirih.
“
aku disini..” jawab Dicky seraya menggenggam tanganku.
“
ayo kita pulang bang!” pintaku lirih.
“
kamu ini lagi sakit mana mungkin kamu pulang” jawab Luna yang juga berada disampingku.
“aku
ingin pulang, aku akan baik-baik saja, apa kalian tak mau tahu yang
sebenarnya?” pintaku lagi.
“tapi,
bisakan kamu cerita disini aja!” suruh Luna padaku.
“tidak
bisa... aku hanya bisa bercerita jika kita sudah dirumah... kumohon!” jawabku.
“
aku akan minta keringanan kepada dokter” sambung Dicky.
Setelah
kami semua berada dirumah dan kabel-kabel kembali dipasang ketubuhku oleh
seorang perawat yang disewa untuk merawatku. Bang Dicky dan Luna duduk
disampingku. Aku menunjuk kearah sebuah kotak kayu yang berukiran nama A&S.
Luna mengambilnya namun tak bisa membukanya.
“kalian tahu... nama siapakah
yang kuukir di kotak ini?” tanyaku pada mereka. Mereka tak dapat menjawab dan
hanya bisa menggeleng. “ Adicka & Syira...” lanjutku. Mereka tercengang mendengar
itu. “ sekitar 5 tahun yang lalu, aku mengenal Syira lewat e-mail, kami selalu
berhubungan dengan asyik lewat via e-mail, semuanya berubah, berubah ketika
Syira bilang bertemu denganku namun namanya bang Dicky. Hari itu adalah hari
dimana loe pertama ketemu Syira bang, Syira cerita ke gue kalau loe nembak dia
bang, sedangkan waktu itu gue dan Syira udah pacaran selama 1 ½ tahun. Tapi,
dihari itu juga gue tahu kalau hidup gue tinggal bentar lagi. Gue yang nyuruh
Syira nerima loe bang, gue pingin loe yang ngebahagiain Syira. Sampai suatu
hari, Syira datang ke belanda Syira bilang ke gue kalau hidupnya udah diujung
tanduk, saat itu Syira tengah diujung maut dan akan berakhir saat itu juga.
Sakit rasanya bang kalau ngeliat elu yang ngedampingin Syira disaat
terakhirnya. Gue juga pingin genggam tangannya, membelai rambutnya disaat-saat
terakhirnya. Ini kunci buat buka kotak ini, didalam kotak ini adalah bukti
CINTA gue dan Syira, gue harap loe gak marah atau sampai benci ke Syira”
kataku.
“tit.................................................................................................”
“Adicka...”
panggil Luna tapi, kini kutelah tiada.
#
Dicky
Aku
dan Luna mulai membuka kotak itu dan menemukan bertumpuk-tumpuk foto kemesraan
mereka. Disaat mereka berjauhan dan disaat mereka berdua berada di Belanda. Dada
ini serasa seketika membeku. Aku melihat laptop dalam kondisi terbuka. Aku menghidupkannya
dan ternyata Adicka belum menutup e-mailnya saat aku bertengkar dengannya tadi
pagi.
Aku
mulai membuka e-mail itu dan membacanya...
Dear Syira
Syira, apa kabar? Lama
sekali balas e-mailku. Tumben, punya teman baru ya? Kalau benar jangan lupain
ak dong! :)
Dear Adicka
Sorry teman, aku tidak
punya teman baru koq, tetep yang dulu-dulu. Yang baru Cuma abang kamu aja si
Dicky.
Adicka, bagaimana dengan
kelanjutan hubungan kita?
Dear Cintaku
Kok masih tanya gitu sih, setahuku aku cinta
kamu dan kamu cinta aku. Tak ada yang perlu dipertanyakan.
Dear Kasihku
Adicka, abangmu nyatain
cinta ke aku. Aku harus bagaimana? Kamu nggak mau abangmu tahu kalu kita
pacaran. Aku nggak tahu harus jawab apa?.
Dear Syira
Syira sayang, terimalah
ungkapan CINTA dari abangku. Aku tak apa jika kau duakan aku. Tolong kau
bahagiakan dia. Karena mungkin aku tak mungkin bisa bahagiakannya.
Syira sayang aku mengidap
penyakit kanker darah stadium lanjut, dokter memberitahuku hidupku hanya
tinggal beberapa tahun lagi. Jadi, hidup berbahagialah bersama abangku.
1 tahun kemudian Syira
menghubungiku bahwa dia akan mengambil S2 di Belanda.
Kami bertemu di bandara.
Kami menjalani hari-hari sebagai sepasang kekasih yang bahagia. Tapi, ketika
saat ia akan pulang dia memberi tahuku sesuatu yang tak pernah aku sangka....
Syira mengalami komplikasi
ginjal dan tidak dapat diobati oleh peralatan tercanggihpun...
Kasihku...
Aku harus apa tanpamu....
Hari itu adalah hari yang
sangat menyedihkan untukku. Aku harus melihat kasihku dari kejauhan... yang
paling menyakitkannya lagi ketika aku harus melihat dan menerima kenyataan kalu
aku tak dapat menemaninya disaat-saat terakhirnya...
Aku
menemukan sepucuk surat yang terlipat rapi dibawah laptop dan aku membacanya.
Untuk
Abang Dicky yang paling kusayang
Bang, aku tahu kalau kau
sedang baca ini pasti aku udah kagak ada ya. Pertama-tama gue mau minta maaf
tentang kebohonganku dan Syira.
Bang gue mau ngomong ke
elu gue sayang banget sama Syira, gua sama Syira udah pacaran selama 5 tahun.
Maafin gue kalu gue
nyakitin hati elu. Gue tahu pesen Syira disaat ajalnya mendekat.
Gadis yang Syira maksud...
Adalah Luna sahabatnya...
Syira berharap banget ke
Luna agar Luna dapat njagain elu bang.
Walau Syira gak CINTA ke
elu tapi Syira selalu peduli ke elu... Syira kepingin Luna jaga elu sebagai kekasih..
Udahan dulu ya bang..
Gue mau nyusulin Syira
dulu...
#
Dicky
Setelah
pemakaman Adicka. Aku dan Luna duduk ditengah kuburannya Syira dan Adicka.
Kuraih
tangan Luna dan berkata “ aku akan memenuhi amanahmu Syira akan kujadikan Luna
sebagai pemilik hatiku seutuhnya, bagaimana denganmu Luna?”.
“begitupun
aku, aku akan memenuhi apa yang kamu mau Syira, akan kutitipkan hatiku kepada
Dicky” jawabnya.
#Luna
“........ akan kujadikan Luna sebagai
pemilik hatiku seutuhnya, bagaimana denganmu Luna?” pertanyaan itu bagaikan
sayatan pisau yang membelah dadaku.
“begitupun
aku, aku akan memenuhi apa yang kamu mau Syira, akan kutitipkan hatiku kepada
Dicky” jawabku. ‘ Kenapa ini semua terjadi disaat aku mulai belajar mencintaimu?
Beri aku jawaban yang bis meyakinkan hatu Adicka!’ jerit batinku.
‘disaat
kumulai merasakan cinta kepada hati yang lain. Kau pergi tanpa pesan. Kau
ikut melangkah pergi jauh mengikuti
cinta sejatimu. Maafkan aku, yang pernah berfikir untuk mencintaimu. Jagalah
Syira disana Adicka... Aku akan belajar mencintai dan menjaga abangmu disini.
Abang yang selalu kau sayangi.... Dicky’.
Bersambung..... :)
By: Nia Trisnawati (089625639142)
By: Nia Trisnawati (089625639142) |