a

Cerpen-Perjalanan Cinta Luna

Cerpen-Perjalanan Cinta Luna,
   
Bab 1

# Dicky

“dia...gadis yang baik” tertatih, “aku yakin dia yang terbaik, dan... dapat menjadikanmu lebih baik...”.

Tit........................................................................................

“sayang...” bisikku sambil mengelus rambutnya. “bangun, buka matamu!” ucapku yang mulai terisak.

Kesedihan mendalam terurai dari lantunan ayat-ayat suci yang kukirimkan padamu Syira. Walau hanya sebentar, walau kamu hanya mampir dihatiku tapi kamu telah merubah hidupku. Syira kurelakan dirimu karena ku tau kamu telah membawa cinta kita ke keabadian.

# Luna

Bip..bip...

“Hallo... Syafira, kamu kenapa nangis?” tanyaku ketika mendengar suara Syafira menangis tersedu. “nggak mungkin, kenapa kamu baru ngabari” suaraku mulai terisak-isak. “baiklah aku pulang besok”.

Butuh satu hari perjalanan dari Lombok ke jember. Aku memang tidak langsung kerumah Syira karena aku baru sampai di jember jam 3 pagi.

Esok paginya aku segera bergegas pergi ke rumah Syira, tak lupa aku membeli serangkaian bunga untuk kubawa kemakam. Sesampainya aku disana, mataku tertuju kepada isakan seorang ibu yang sedih karena anak yang ia cintai dan satu-satunya dalam hidupnya telah tiada. Perlahan kulangkahkan kakiku mendekatinya, kupaksakan senyuman kecil untuk menghiburnya. Ibu yang tak lain adalah Bunda Syira hanya dapat menggeleng dan memelukku erat.

Berusaha terlihat tegar Bunda melepaskan pelukannya dariku dan bertanya “kamu sudah ke makamnya?” sambil menghapus butiran air mata yang mengalir deras dipipinya.

Aku berjalan dengan mengumpulkan ketegaran. Rasanya lenganku tak kuat memimpin setir mobilku, tapi aku harus tetap menahanya. Akhirnya aku sampai didepan nisan bertuliskan nama sahabatku ini. Serasa tak kuat lagi menunjang tubuhku sendiri aku terkulai lemas didepan nisan sahabatku. “Syira, aku dateng, aku bawa karangan bunga lili.. bunga yang slalu ingin kau miliki utuh, sekarang kamu akan memilikinya dengan utuh.. Syira aku minta maaf jika aku punya salah” kata-kata itu yang aku katakan didepan Syira aku tak dapat menahannya lagi. Aku segera berlari meninggalkan tempat itu, aku tak dapat menahan tangisan lagi.

Sepulangnya aku dari makam aku tak langsung pulang. Aku mampir ke cafe kesukaan Syira, rasanya baru kemarin dia mengatakan bahwa cafe ini adalah cafe faforitnya, baru ketika dia pulang dari belanda untuk belajar arsip kejaksaan disana. Dia memang baru pulang dari belanda, kira-kira 2 tahun yang lalu ia baru pulang tapi langsung menggenggam tanganku dan menariku kesini.

“hahaha... iya benar, memang dia cantik tapi tak secantik kalian sayang”, suara itu sangat aku kenal.

‘Dicky, hah, gak salah liat aku nih, setauku Dicky beneran cinta sama Syira, tapi kenapa dia bisa tertawa riang dengan wanita-wanita itu’ pikirku ketika melihat Dicky merangkul beberapa wanita ditempat ia duduk. Aku tidak  dapat menahan emosiku lagi.

Aku menghampirinya dan menarik bahunya sehingga ia berputar melihatku dan berkata “tanah kuburan pacar kamu aja belum kering, enak-enaknya kamu tertawa riang disini” teriakku kearahnya.

“maksudmu aku?... siapa yang kamu maksud cantik?” jawabnya ringan. “mungkin yang kamu maksud orang lain” lanjutnya sambil tersenyum tanpa dosa.



# Adicka

Seorang gadis menghampiriku dan menarik bahuku sehingga aku berputar melihatnya dan ia berkata “tanah kuburan pacar kamu aja belum kering, enak-enaknya kamu tertawa riang disini” teriaknya kearahku.

“maksudmu aku?... siapa yang kamu maksud cantik?” jawabku. “mungkin yang kamu maksud orang lain” lanjutku. Tanpa menjawab, namun dia menarik nafas dalam-dalam dan berpaling pergi.



# Dicky

Ini hari ke-7 sepeninggalannya Syira. Aku ikut datang untuk membantu proses disana. ‘Itu bukannya Luna, Luna sahabatnya Syira kan’. Aku mendekatinya untuk menyapanya, tapi aku keburu dipanggil mamanya Syira, aduh gak jadi deh nyapa dia.

“Luna,..  Luna kapan kamu pulang?” sapaku pada gadis berkulit sawo matang dan berjilbab.

“apa-apaan sih...” jawabnya sambil menekuk mukanya ketika aku menyapanya. Kusut amat mukanya lagi kedatangan tamu kali dia ya. “oh ya, jangan sekali-sekali memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...” kata-katanya terhenti ketika Adicka merangkul bahuku, “dia?” tanyanya heran ketika melihat kami.

“aku belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak cerita, pasti dia lupa” jelasku.

“wah... ada cewek rese’ disini, loe kenal bang?” tanya Adicka. Aku tidak segera memperkenalkan mereka, karena sepertinya mereka sudah pernah ketemu. Yang pasti dalam susana yang ndak enak.



#Adicka

“oh ya, jangan sekali-sekali memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...” kata-katanya terhenti ketika aku merangkul bahu Bang Dicky, “dia?” tanyanya heran ketika melihat kami.

“aku belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak cerita, pasti dia lupa” jelas Bang Dicky.

“wah... ada cewek rese’ nih disini, loe kenal bang?” tanyaku. Aku memang pernah bertemu dengan cewek itu, yang pasti dalam susana yang ndak enak. Sepertinya cewek itu malu berat deh, dia gak jawab apa-apa malah langsung lari dengan wajah merah padam.

“bang, loe kenal cewek tadi?” tanyaku.

“dia sahabatnya almarhumah Syira, jangan berfikir untuk mempermainkan hatinya!” jawab Bang Dicky.

“yyeey... sapa juga yang mau gitu, bukan tipe gue kali bang” jawabku meyakinkan Bang Dicky.



# Luna

“oh ya, jangan sekali-sekali memanggilku dengan kata-kata tidak sopan seperti...” kata-kataku terhenti ketika seorang cowok merangkul bahu Dicky, “dia?” tanyaku heran ketika melihat mereka.

“aku belum pernah menceritakan kepadamu kalau aku kembar ya, apa Syira juga tidak cerita?, pasti dia lupa” jelas Bang Dicky.

“wah... ada cewek rese’ nih disini, loe kenal bang?” tanyanya. Kami memang pernah bertemu, yang pasti dalam susana yang ndak enak. Aku  malu berat deh, aku gak jawab apa-apa malah langsung lari dengan wajah merah padam.

Sebenarnya aku malu banget sekaligus merasa bersalah, minggu lalu aku udah bentak-bentak cowok itu tanpa denger penjelasannya. Oke...oke... aku bakalan minta maaf ke cowok itu. Nyebelin sih, liat kenyataan kalo aku yang salah tapi, mau gimana lagi.



# Dicky

Setelah keributan itu aku merasa ada yang ganjal, tapi....aaarrrkkhhh masa’ hal sepele ini aku pikirin. Udahlah.

“bang aku cabut dulu ya!” sapa adikku yang nakal banget.

“ mau kemana loe, nanti sore mama papa pulang, kita harus jemput mereka” jawabku.

“udahlah bang, mama papa tau kalau gue ni gak suka nunggu-nunggu kayak gitu. Abang aja ya....plis!” jawabnya enteng.

Belum aku menjawab itu semua dia uda berangkat pake jaguar birunya. Adikku yang satu ini selalu saja, sejak kembali dari belanda dia berubah jadi anak yang tidak nurut lagi ke aku abangnya.



# Luna

        Heem... kuhembuskan nafas dalam-dalam. Aku harus tahan amarahku kalo didepan cowok itu.

“tingtong....” belnya sudah kupencet, tinggal tatap matanya dan ucapkan permohonan maaf. Dan.... aku memasang muka bertanya dengan alis terangkat sebelah.

“Luna? Ngapain kesini? Mau ketemu aku atau...” sapa Dicky.

“aa...kembaranmu” jawabku.

“Adicka lagi nongkrong di cafe” jawab Dicky.

Aku tak melihat ekspresi Dicky tapi aku merasa gak enak juga, datang gak disuruh, pulang gak pamit.

Tak butuh waktu yang lama untuk sampai di cafe. Aku masuk dan lansung melontarkan pandanganku kesetiap pengunjung yang ada. Dia ada di sudut  dekat jendela bersama teman wanitanya, tanpa menunggu lama aku menghampirinya.

 “heh,, aku minta maaf soal waktu itu!” kataku namun dengan suara kecil. Aku yakin dia tidak budek, dia pasti mendengarnya tapi sok gak denger.

Sabar Lun,, “aku minta maaf” ucapku dengan menarik jumpernya. Dia hanya menoleh dan tersenyum. 

Aku sedikit lega berarti dia memaafkanku. Aku tak perlu menjawabnya, aku langsung menuju pintu keluar. Baru satu langkah tanganku ditarik cowok itu sehingga aku terseret dalam pelukannya. Aku menoleh dan memasang muka heran. Lalu dia berkata “ tak masalah jika yang membentakku gadis secantik kamu” sambil menyunggingkan senyum manisnya. Malas untuk kuakui senyumanya memang manis.

“iiih... apa-apan sih, aku kesini mau minta maaf bukan jadi bahan ledekanmu” jawabku. Tanpa menunggu detik selanjutnya aku langsung berlari kecil kearah pintu keluar dan merogoh ketas berwarna biruku. Aku mengambil kunci mobil dan segera pulang.



# Adicka

“heh,, aku minta maaf soal waktu itu!” kata gadis yang kemarin namun dengan suara kecil. Aku memang mendengarnya tapi sok gak denger.

“aku minta maaf” ucapnya dengan menarik jumperku. Aku  hanya menoleh dan tersenyum.  Aku agak kaget ketika melihat dia akan beranjak pergi tanpa berpikir panjang aku segera menariknya dalam pelukanku.

Aku berharap dengan begini dia tak akan marah. “ tak masalah jika yang membentakku gadis secantik kamu”ucapku sambil menyunggingkan senyum manisku.

“iiih... apa-apan sih, aku kesini mau minta maaf bukan jadi bahan ledekanmu” jawabnya. Tanpa menunggu detik selanjutnya dia langsung berlari kecil kearah pintu keluar. Haduuh dia marah lagi.



# Luna

Memikirkan kejadian itu aja aku udah jijik banget. Apa-apaan sih dia itu, tiba-tiba memelukku seperti itu. Sejak kejadian itu aku gak mau lagi ketemu sama dia.

Sudah sebulan lebih dari kematian Syira, dan besok adalah hari peringatan kematian Syira ke-40. Jangan-jangan Dicky sama adiknya itu datang lagi. Malas banget, tapi Syira itu sahabatku aku gak enak sendiri kalo gak dateng. Ya sudahlah aku tahanin amarahku.

Keesokan harinya aku datang kerumah Syira sekitar jam 8 pagi, kulihat disana sudah ramai orang yang akan membantu resepsinya. Aku mulai melihat sesosok laki-laki yang mirip pacarnya Syira itu. Awalnya aku bingung untuk membedakanya tapi setelah melihat sikapnya yang gak mau bantu orang-orang disana aku yakin dia cowok kurang ajar itu. Aku juga melihat Dicky menggunakan peci kecil di kepalanya. Tampak serasi dengan baju koko yang ia kenakan.

“ wah ada gadis cantik nih...” ucap seorang pemuda dengan merangkul bahuku.

Tanpa kusadari cowok kurang ajar itu sudah ada disampingku. Secara refleks aku menghindar dari rangkulannya tapi dibelakangku ada seorang ibu yang lagi bawa wajan gede. Kakiku kubelokan kearah lain. Mungkin cowok itu refleks dan langsung menggenggamku erat dan perlahan ia menarikku.

“ apa-apaan kamu, kamu kira disini cafe sepi sembarangan menghindar aja, ceroboh!” ujar cowok itu lantang.

Aku hanya terpaku mendengar perkataan kasar itu. Entah kenapa, aku sangat tidak suka dengan orang yang berkata kasar. Karena bagiku orang yang berkata kasar itu orangnya pasti bersikap dingin tapi, aku merasakan kehangatan yang begitu mendalam yang tersirat dari ucapan cowok itu.

Sejak hari itu aku selalu memikirkan cowok itu. Dan setiap wajahnya muncul dibenakku aku selalu deg-degan, apa ini pertanda ya.

“tunggu, rasanya aku tidak pernah melihatnya lagi” ucapku seraya bangun dari kasur empukku. “masa’ nunggu hari peringatan Syira lagi?” lanjutku. “aaaarrrrkkkhhh...... lama” ujarku lagi dengan membanting tubuhku ke kasur.

“ah... apa kusamperin ke cafe” ujarku. Tanpa berfikir lagi aku bangun dan mengganti baju dan mengambil jas panjang berwarna hitam.  Aku segera memakai sepatu yang serasi dengan bajuku dan langsung menuju garasi. Tak butuh waktu yang lama untuk sampai disana.

Aku melempar pandanganku dari sudut kesudut. Tak sebatang hidungpun kutemukan dia. Aku merasa menyesal tapi, terlanjur ku disini kenapa tidak makan dulu lagi pula aku juga belum sarapan. Aku mengambil tempat duduk yang dekat jendela, matahari pagi bagus untuk kulitku.

“ saya pesan vanila cake dan ice cream vanila,” ucapku pada seorang pelayan.

“ bawakan 2 ya” sambung seorang cowok yang sangat aku kenal.

# Adicka

Saat aku memasuki cafe biasanya, aku tak biasa lihat-lihat pengunjung dulu. Tapi hari ini beda, kulemparkan pandanganku dan mendapati sesosok gadis cantik yang sedang menghadap jendela. sinar matahari menyinari tepat diwajahnya, sehingga terlihat kombinasi yang begitu indah dan cantik. “ saya pesan vanila cake dan ice cream vanila,” ucap gadis sahabat Syira itu.

“ bawakan 2 ya” sambungku, aku yakin suaraku cukup familiar ditelinganya.

“ngapain kamu disini, sembarangan duduk lagi, emangnya aku udah ngijinin kamu duduk disini?” katanya.

“bangku lainnya sudah penuh, lagi pula aku yakin kamu nggak akan keberatan aku disini” jawabku. “ namamu siapa, dari kemarin kita ngobrol belum sempat kenalan” tanyaku.

“ Luna, Luna  namaku, sedangkan kamu?” tanyanya padaku.

“Adicka, Adicka Ajuna Putra, bagaimana dengan novel-novelmu, ada yang baru?” tanyaku, tapi aku sadar seharusnya aku tidak bertanya soal itu. Karena aku tahu itu semua dari Syira.

“darimana kamu tahu tentang novelku?” tanyanya heran melihat kearahku dengan mata disipitkan.

“a...aku tahu dari... aah Dicky, abangku itu suka bercerita tentang kamu dan pacarnya itu”jawabku. Dan dia sepertinya mulai mempercayainya. Walau itu sebenernya bohong, hehehe...

‘Entah sampai kapan harus begini, mungkin dengan menyusulmu kita dapat bersatu lagi’.

# Dicky

Hari ini ultahku dengan Adicka, aku akan mengajak Luna untuk membantuku memilihkan kado apa yang cocok untuk Adicka. Kami sudah janjian sebelumnya.

Luna menyarankanku untuk membelikan syal berwarna abu-abu bercorak polkadot untuk Adicka. Kenapa selama bersama Luna aku merasakan Syira juga bersamaku. Apa....? apa Luna memiliki sebagian dari Syira?.

“ Lun, aku boleh tanya sesuatu?” tanyaku.

“ silahkan aja, kenapa enggak, dicky...dicky... masih aja canggung, padahal kita sudah saling mengenal selama 3 tahun” jawabnya sambil menyenggolku dengan bahunya yang tegap terasa tegas untukku.

“ jika..., Syira menitipkan amanat untukmu apakah kamu akan melakukannya?” tanyaku, setlah aku bertanya itu suasana terasa menjadi hening seketika, suasananya terasa enggak enak banget.

“ kalau itu dari Syira apa salahnya” jawabnya polos. Apakah aku bberani menanyakannya.

“ Lun kamu tahu kan kalu Syira itu Jaksa penyelidik, sebenarnya ada yang aneh setelah dia mengambil S2 di belanda, rasanya ada yang berubah dari sikapnya, walau lamban laun dia kembali seperti biasa tapi aku ngerasa dia nyembunyiin sesuatu dari aku, kamu kan sahabatnya, mungkin kamu tahu sesuatu tentang berubah sikap Syira?” ceritaku.

“ aku juga merasakannya, tapi... bukan saat dia kembali dari belanda tapi ketika kamu ucapkan kata sayang kamu ke Syira, aku ngerasa dia ada beban tapi gak bisa cerita” jawabnya.

Setelah perbincangan tadi kami tidak mengobrol lagi. Aku dan Luna saling berfikir apa yang sebenarnya Syira sembunyiin dari kami.

# Luna

Aku gak tahu apa yang terlintas difikirannya Dicky. Mungkin ada hubungannya dengan hari itu ya. Tanggal 08 April tepatnya tahun 2010, hari itu hujan deras, Aku, Syira, Syafira, Ciko, dan agung sedang berkeliling untuk mencari objek foto yang indah. Saat itu Syira belum mengenal Dicky, saat itu dia selalu membuka e-mailnya dan menunggu jawaban dari seseorang. Aku pernah melihat fotonya, sepintas dia terlihat seperti Dicky. Awalnya aku pikir tak ada yang spesial dari itu semua. Selang beberapa bulan Dicky datang dalam kehidupan kami, saat Dicky datang Syira seperti sudah mengenalnya, tapi seketika raut wajahnya berubah ketika ia tahu namanya Dicky. Enta apa yang ia pikirkan.

Dan disaat Dicky menyatakan CINTA kepada Syira, Syira seakan harus menimbangkan suatu resiko besar yang akan ia hadapi. Tak butuh waktu lama untuk Syira menjawab, karena keesokan harinya Syira langsung menjawab IYA kepada Dicky. Tapi ia berlinang air mata, kupikir itu air mata bahagia.

Aaarkh.... apa yang merasukiku ini. Aku tidak boleh buruk sangka kepada sahabatku ini. Kan hari ini ultah Dicky dan Adicka bagaimana kalau aku memberikan hadiah jas model terbaruku. Hehe sebenarnya yang ngedesign bukan aku, tapi berhubung mamaku bisa menjahit jadi yang membuat adalah mamaku. Syiralah designer semua gaun yang ada dirumahku. Syira memang pintar dalam hal seperti ini.

“tingtong...” kubunyikan bel rumah Dicky.

“ non cari siapa ya?” tanya seorang pembantu membukakan pintu untukku.

“saya datang untuk Dicky dan Adicka, mereka ada?” tanyaku padanya.

“ den Dicky sama den Adicka didalam lagi tengkar, ndak papa non nemuin mereka saat gini?” tanya bibi itu padaku.

“ndak papa kok bi, mereka lucu kok kalo bertengkar kayak gitu” jawabku.

“ tapi non, ini lain, ini nyangkut pacarnya den Adicka” kata bibi itu.

“masalah sepele kok, saya bisa tangani itu” jawabku meyakinkan bibi itu.

‘ Adicka punya pacar? Terus apa masalahnya? Kenapa sampai bertengkar dengan Dicky?. Perlahan aku membuka pintu kamar Dicky. Aku mendapati Dicky sedang berada disudut kamar dengan membanting semua barang yang berada dimeja.

“ Dicky, ada apa? Emangnya kenapa dengan pacarnya Adicka?” tanyaku perlahan membangunkannya dari keputusasaaan.

“ Adicka... pacarnya Syira?” jawabnya yang mulai terisak.

“ jangan bercanda! Mana mungkin Syira mendua, setahuku Syira sangat mencintaimu, pasti ada kesalahan” jawabku yang tak mungkin bisa menerima semua ini.



# Dicky

Kenapa? Sebenarnya ada hubungan apa antara Adicka dan Syira? Surat apa ini? Kenapa banyak surat atas nama Syira dan Adicka?.

“ Dicky, ada apa? Emangnya kenapa dengan pacarnya Adicka?” tanya Luna perlahan membangunkanku dari keputusasaaan.

“ Adicka... pacarnya Syira?” jawabku yang mulai terisak.

“ jangan bercanda! Mana mungkin Syira mendua, setahuku Syira sangat mencintaimu, pasti ada kesalahan” jawabnya yang juga tak mungkin bisa menerima semua ini.

Kami berjalan perlahan menuju kamar Adicka. Aku membuka pintunya dan mendapati Adicka terkapar dilantai dengan beberapa obat yang berserakan. Aku dan Luna begitu kaget dan segera membawa Adicka kerumah sakit.

‘ Ya tuhan aku masih menyayangi adikku, kumohon sembuhkan dia! Setelah ia sembuh aku akan menerima semua kenyataan, walau itu nantinya menyakitkan. Aku tidak mau kehilangan lagi tuhan!’ doaku dalam batin. Rasanya kini batinku tercabik, namun aku sangat menyayangi adikku ini.

Kuhembuskan nafasku dalam-dalam, aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa berdiri dan bertahan untuk adikku.

“bagaimana dokter, ada apa dengan adik saya? Obat apa yang dia minum? Dia tidak Over Dosis kan dok?” tanyaku khawatir ketika dokter keluar dari ruang IGD. Dokter tak segera menjawab membuat kekhawatiranku memuncak, dokter hanya menggelengkan kepala dan langsung berpaling.

“maaf anda keluarga pasien?” tanya seorang perawat.

“ iya saya kakaknya”.

“ silahkan anda urus administrasinya dan setelah itu keruangan dokter Hilman, ruangannya ada di ujung lorong ini sebelah kanan” suruh perawat itu. Aku menyuruh Luna untuk mengurus administrasinya sedangkan, aku segera menemui dokter tadi.

# Luna

Setelah aku mengurusi administrasi aku segera menyusul Dicky. Baru aku sampai dilorong aku melihat Dicky terkulai lemas berjalan dituntun dinding yang tak akan tergerak.

“ bagaimana? Ada apa dengan keadaan Adicka?” tanyaku yang mulai khawatir.

Seakan dunia akan runtuh dia berpegangan pada bahuku dan berkata “ Adicka Lun... Adicka terkena kanker darah, dan itu sudah stadium lanjut” ujarnya dan dia mulai terisak menahan air mata.

Mungkin karena aku lemah, aku tak dapat menahan air mataku lagi. Bendungan ini terasa perih jika kutahan lagi, kenapa ketika aku dapat merasakan cinta lagi dia akan pergi?. Ini tak adil untukku.

Terlepas dari itu semua aku dan Dicky menunggui Adicka diruang perawatan. Kami menunggu ia sadar menanyakan semua yang harus kami ketahui. Tampak menyedihkan melihat Adicka terbaring dengan beberapa kabel yang tertancap ditubuhnya. Tapi, apa daya kami.

“ Dicky kamu kan abangnya, kenapa kamu tidak tahu kalau adikmu sakit parah?” tanyaku kepada Dicky yang mulai berhenti terisak karena kesedihan.

“aku gak tahu karena sejak ia kelas 1 SMA dia tinggal dibelanda dan kami jarang berkomunikasi” jelasnya.

Aku melihat tangan Adicka tergerak, aku sepontan maju dan melihat Adicka berusaha membuka matanya.

“ abang...” panggilnya lirih.

“ aku disini..” jawab Dicky seraya menggenggam tangan adiknya.

# Adicka

Kubuka mataku walau terasa berat.

“ abang...” panggilku lirih.

“ aku disini..” jawab Dicky seraya menggenggam tanganku.

“ ayo kita pulang bang!” pintaku lirih.

“ kamu ini lagi sakit mana mungkin kamu pulang” jawab Luna yang juga berada disampingku.

“aku ingin pulang, aku akan baik-baik saja, apa kalian tak mau tahu yang sebenarnya?” pintaku lagi.

“tapi, bisakan kamu cerita disini aja!” suruh Luna padaku.

“tidak bisa... aku hanya bisa bercerita jika kita sudah dirumah... kumohon!” jawabku.

“ aku akan minta keringanan kepada dokter” sambung Dicky.

Setelah kami semua berada dirumah dan kabel-kabel kembali dipasang ketubuhku oleh seorang perawat yang disewa untuk merawatku. Bang Dicky dan Luna duduk disampingku. Aku menunjuk kearah sebuah kotak kayu yang berukiran nama A&S. Luna mengambilnya namun tak bisa membukanya.

“kalian tahu... nama siapakah yang kuukir di kotak ini?” tanyaku pada mereka. Mereka tak dapat menjawab dan hanya bisa menggeleng. “ Adicka & Syira...” lanjutku. Mereka tercengang mendengar itu. “ sekitar 5 tahun yang lalu, aku mengenal Syira lewat e-mail, kami selalu berhubungan dengan asyik lewat via e-mail, semuanya berubah, berubah ketika Syira bilang bertemu denganku namun namanya bang Dicky. Hari itu adalah hari dimana loe pertama ketemu Syira bang, Syira cerita ke gue kalau loe nembak dia bang, sedangkan waktu itu gue dan Syira udah pacaran selama 1 ½ tahun. Tapi, dihari itu juga gue tahu kalau hidup gue tinggal bentar lagi. Gue yang nyuruh Syira nerima loe bang, gue pingin loe yang ngebahagiain Syira. Sampai suatu hari, Syira datang ke belanda Syira bilang ke gue kalau hidupnya udah diujung tanduk, saat itu Syira tengah diujung maut dan akan berakhir saat itu juga. Sakit rasanya bang kalau ngeliat elu yang ngedampingin Syira disaat terakhirnya. Gue juga pingin genggam tangannya, membelai rambutnya disaat-saat terakhirnya. Ini kunci buat buka kotak ini, didalam kotak ini adalah bukti CINTA gue dan Syira, gue harap loe gak marah atau sampai benci ke Syira” kataku.

“tit.................................................................................................”

“Adicka...” panggil Luna tapi, kini kutelah tiada.

# Dicky

Aku dan Luna mulai membuka kotak itu dan menemukan bertumpuk-tumpuk foto kemesraan mereka. Disaat mereka berjauhan dan disaat mereka berdua berada di Belanda. Dada ini serasa seketika membeku. Aku melihat laptop dalam kondisi terbuka. Aku menghidupkannya dan ternyata Adicka belum menutup e-mailnya saat aku bertengkar dengannya tadi pagi.

Aku mulai membuka e-mail itu dan membacanya...



Dear Syira



Syira, apa kabar? Lama sekali balas e-mailku. Tumben, punya teman baru ya? Kalau benar jangan lupain ak dong! :)



Dear Adicka



Sorry teman, aku tidak punya teman baru koq, tetep yang dulu-dulu. Yang baru Cuma abang kamu aja si Dicky.

Adicka, bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita?









Dear Cintaku



 Kok masih tanya gitu sih, setahuku aku cinta kamu dan kamu cinta aku. Tak ada yang perlu dipertanyakan.



Dear Kasihku



Adicka, abangmu nyatain cinta ke aku. Aku harus bagaimana? Kamu nggak mau abangmu tahu kalu kita pacaran. Aku nggak tahu harus jawab apa?.



Dear Syira



Syira sayang, terimalah ungkapan CINTA dari abangku. Aku tak apa jika kau duakan aku. Tolong kau bahagiakan dia. Karena mungkin aku tak mungkin bisa bahagiakannya.
Syira sayang aku mengidap penyakit kanker darah stadium lanjut, dokter memberitahuku hidupku hanya tinggal beberapa tahun lagi. Jadi, hidup berbahagialah bersama abangku.


1 tahun kemudian Syira menghubungiku bahwa dia akan mengambil S2 di Belanda.
Kami bertemu di bandara. Kami menjalani hari-hari sebagai sepasang kekasih yang bahagia. Tapi, ketika saat ia akan pulang dia memberi tahuku sesuatu yang tak pernah aku sangka....

Syira mengalami komplikasi ginjal dan tidak dapat diobati oleh peralatan tercanggihpun...
Kasihku...
Aku harus apa tanpamu....
Hari itu adalah hari yang sangat menyedihkan untukku. Aku harus melihat kasihku dari kejauhan... yang paling menyakitkannya lagi ketika aku harus melihat dan menerima kenyataan kalu aku tak dapat menemaninya disaat-saat terakhirnya...

Aku menemukan sepucuk surat yang terlipat rapi dibawah laptop dan aku membacanya.

 Untuk Abang Dicky yang paling kusayang

Bang, aku tahu kalau kau sedang baca ini pasti aku udah kagak ada ya. Pertama-tama gue mau minta maaf tentang kebohonganku dan Syira.
Bang gue mau ngomong ke elu gue sayang banget sama Syira, gua sama Syira udah pacaran selama 5 tahun.
Maafin gue kalu gue nyakitin hati elu. Gue tahu pesen Syira disaat ajalnya mendekat.
Gadis yang Syira maksud...
Adalah Luna sahabatnya...
Syira berharap banget ke Luna agar Luna dapat njagain elu bang.
Walau Syira gak CINTA ke elu tapi Syira selalu peduli ke elu... Syira kepingin Luna jaga elu  sebagai kekasih..
Udahan dulu ya bang..
Gue mau nyusulin Syira dulu...
# Dicky
Setelah pemakaman Adicka. Aku dan Luna duduk ditengah kuburannya Syira dan Adicka.
Kuraih tangan Luna dan berkata “ aku akan memenuhi amanahmu Syira akan kujadikan Luna sebagai pemilik hatiku seutuhnya, bagaimana denganmu Luna?”.
“begitupun aku, aku akan memenuhi apa yang kamu mau Syira, akan kutitipkan hatiku kepada Dicky” jawabnya.

#Luna
        “........ akan kujadikan Luna sebagai pemilik hatiku seutuhnya, bagaimana denganmu Luna?” pertanyaan itu bagaikan sayatan pisau yang membelah dadaku.
“begitupun aku, aku akan memenuhi apa yang kamu mau Syira, akan kutitipkan hatiku kepada Dicky” jawabku. ‘ Kenapa ini semua terjadi disaat aku mulai belajar mencintaimu? Beri aku jawaban yang bis meyakinkan hatu Adicka!’ jerit batinku.
‘disaat kumulai merasakan cinta kepada hati yang lain. Kau pergi tanpa pesan. Kau ikut  melangkah pergi jauh mengikuti cinta sejatimu. Maafkan aku, yang pernah berfikir untuk mencintaimu. Jagalah Syira disana Adicka... Aku akan belajar mencintai dan menjaga abangmu disini. Abang yang selalu kau sayangi.... Dicky’.



Bersambung..... :)

By: Nia Trisnawati (089625639142)


By: Nia Trisnawati (089625639142)

Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.