Asalasah ~ Sekitar 60 tahun silam, James M. Huston Jr., kala itu berusia 21 tahun sedang bertugas sebagai pilot pesawat angkatan laut Amerika, pesawatnya terkena tembakan meriam Jepang dan hancur.
Pada 1998, seorang anak lelaki bernama James Leininger terlahir di negara bagian Louisiana, berbagai kelakuannya yang aneh membuat keluarganya merasa yakin bahwa “kehidupan sebelum” nya sangat mungkin adalah si pilot pesawat yang gugur pada perang dunia II di atas Samudera Pasifik tersebut.
Si kecil James Leininger, selain mainan pesawat udara, ia tidak menyukai jenis mainan lainnya. Menginjak usia 2 tahun, jenis pesawat yang paling disukai James mulai terus-menerus muncul di dalam mimpinya. Andrea, sang ibu, mengatakan kepada wartawan, “Ia selalu menjerit-jerit sewaktu bermimpi, saya bertanya bermimpi apa, jawabannya selalu ‘Pesawat terbakar dan jatuh, tak ada seorang pun yang lolos!’”
Menurut Andrea, si James biasanya menonton TV hanyalah program kartun kesukaan anak-anak pada umumnya, selamanya tak pernah menonton film dokumenter perang dunia II atau program mengenai bidang kemiliteran, namun si James memiliki pemahaman yang mengejutkan tentang struktur pesawat.
Pada rekaman video ketika James berusia 3 tahun, bisa disaksikan ia dengan serius memeriksa sebuah pesawat mainan, persis seperti pilot menginspeksi pesawat sebelum terbang. Selain itu, suatu ketika dia membelikan puteranya sebuah pesawat mainan baru dan menunjukkan di bawah lambung pesawat itu terdapat sebuah bom, dengan segera si James mengoreksinya, itu bukan bom, melainkan sebuah wadah untuk bahan bakar bertipe separate.
Andrea mengatakan, “Saya sebelumnya tidak pernah mendengar tentang wadah bahan bakar bertipe separate, apalagi mengetahui benda apakah itu”.
Andrea mengatakan, “Saya bertanya, kenapa dengan pesawatmu? Ia mengatakan, “Telah ditembak jatuh.” Saya tanya jatuh di mana, ia mengatakan, “Jatuh ke air.” Saya tanya siapa yang menembak, ia mengatakan orang Jepang. Selain itu ia juga mengatakan ia menerbangkan sebuah pesawat tempur tipe Pyrate, dan ia juga memberitahu sang ayah, Bruce, bahwa pesawat tinggal landas dari kapal induk USS Natoma Bay, kala itu ia juga mengenal seorang teman seperjuangan bernama Jack Larson.
Bruce mulai menjelajahi internet untuk mencari data tentang USS Natoma Bay dan berhasil mengajak ketemu para tentara tua yang lolos dari maut sewaktu bertugas di atas kapal induk tersebut. Seorang bernama Ralph Krapohl, pelontar bom pesawat tempur perang dunia II telah membuktikan perkataan James.
Krapohl mengatakan, pada 3 Maret 1945, ia juga kebetulan sedang di atas kapal induk USS Natoma Bay, pesawatnya terbang menguntit pesawat James M. Huston. “Saya melihat dengan mata kepala sendiri pesawat James tertembak peluru meriam penangkis udara, proyektil itu menghantam dari depan dan tepat bersarang di mesinnya.”
Penelitian Ilmuwan Membuktikan Reinkarnasi
Kisah tentang reinkarnasi semenjak zaman dahulu kala sudah sering terdengar dongengnya, sejumlah ilmuwan yang tertarik akan hal tersebut melakukan penelitian di dalam bidang tersebut, dibuktikan bahwa manusia betul-betul menjalani reinkarnasi. Sedangkan dari James si penerbang pada 60 tahun silam ke James si anak lelaki dari negara bagian Louisiana–AS, lagi-lagi adalah sebuah contoh kasus reinkarnasi yang gamblang.
Profesor Stevenson dari Universitas Virginia pernah menghabiskan waktu selama 40 tahun untuk mengoleksi 2.600 contoh kasus anak-anak berusia antara 2 - 7 tahun, para anak-anak itu meski masih belia, tetapi mereka mengetahui situasi mendasar desa yang terletak ribuan km jauhnya dan terjadi pada 10 tahun sebelumnya bahkan yang lebih lama lagi, kebanyakan anak-anak itu mampu berbicara bahasa dari bangsa lain.
Detail kasus-kasus tersebut dibuktikan oleh tim kecil peneliti profesor Stevenson. Sejumlah contoh kasus terkumpul di dalam buku karangannya yang berjudul “Anak-anak yang memiliki memori abad silam: mengenai permasalahan reinkarnasi”.
Stevenson juga mengoleksi 200 lebih kasus yang berkaitan dengan birthmark (toh, atau tanda lahir), di dalam contoh kasus tersebut, mereka itu mengatakan bahwa dirinya pada kehidupan sebelumnya mati lantaran tertembak ataupun tertusuk benda tajam persis pada tempat tanda lahir tersebut. Di dalam 17 buah kasus seperti itu, professor Stevenson telah memperoleh catatan dokter dan lain-lain, catatan tentang pembedahan mayat yang berkaitan dengan hal tersebut, membuktikan proses kematian orang yang terkait mirip dengan yang dikisahkan oleh anak-anak itu. Kasus tersebut terekam di dalam buku lain profesor Stevenson dengan judul: “Titik Persimpangan Reinkarnasi dan Ilmu Biologi.”
Selain itu, profesor Brain Weiss yang memperoleh gelar sarjana pada Universitas Colombia dan gelar doktor ilmu kedokteran pada Yale University School of Medicine, pernah mengajar di University of Pittsburgh dan University of Miami serta menjabat sebagai Psychiatric Director pada pusat ilmu kedokteran Mt. Sinai Miami.
Hasil karya Dokter Weiss “Kehidupan Berulang Kali Masa Silam–Beberapa Guru Besar”, terbit sebanyak 2 juta eksemplar, yang diterjemahkan ke dalam 20 bahasa, diantaranya dalam bahasa Tionghoa “Kehidupan Masa Lalu dan Kehidupan Kali ini” juga populer di Taiwan. Ia pernah mengenal seorang pasien bernama Catherine, yang berusia mendekati 30 tahun, mengidap banyak macam fobia dan depresi; pernah suatu kali di dalam pengobatan, Weiss mengatakan kepada Catherine yang sedang bermeditasi, “Kembalilah pada saat penyakit Anda muncul.”
Catherine kembali ke sebuah zaman kuno sekitar 4.000 tahun silam di daerah Timur Tengah, wajahnya, cara berpakaian, model rambut dan namanya berbeda dengan yang sekarang. Dia masih ingat detail tentang kontur tanah berkaitan dan kehidupan sehari-hari yang dijalaninya, hingga dia mati tenggelam dalam air bah, sedangkan anaknya direnggut oleh air bah dari pelukannya. Ketika ia mati, rohnya melayang di atas tubuhnya.
“Saya melihat trap tangga berwarna putih menuju sebuah bangunan, sebuah gedung berskala besar dengan pilar-pilar. Di depannya luas, tak terdapat pintu dan teras. Saya mengenakan sebuah gaun panjang, semacam jubah yang terbuat dari kain kasar. Saya menyisir kuncir saya, rambut pirang yang panjang.”
Weiss tidak memahaminya dan menanyakan tahunnya dan siapakah namanya waktu itu. “Alangta, usia 18. Saya melihat di depan bangunan tersebut terdapat sebuah pasar. Ada keranjang, yang saya bawa di atas bahu. Kami tinggal di sebuah lembah, tak terdapat air. Tahun itu adalah 1863 SM, di sana tanahnya gersang, panas, pasir ada dimana-mana. Terdapat sebuah sumur, tapi tidak ada sungai, air mengalir dari atas gunung mengalir ke lembah.”
Di dalam perawatan kemudian hari, Catherine telah mengingat kembali 10 lebih masa lampaunya, telah mengalami ulang penyebab yang sangat jauh yang telah mengakibatkan berbagai ketakutan pada kehidupannya kali ini.
Setiap kali ia meninggalkan dunia fana, roh/jiwa primernya selalu melayang ke arah atas tubuhnya, ia disedot oleh cahaya berbelas kasih kembali ke dunia roh, sejumlah jiwa dari tingkat tinggi bahkan bisa melalui mulut Catherine menyampaikan sejumlah informasi spiritual.
Roh Tidak Musnah dan Bagaimana Memilih Masa Depan
Di kalangan rakyat jelata Tiongkok secara turun temurun terwariskan sebuah perkataan: “1 meter di atas kepala terdapat malaikat”, ini mengingatkan manusia agar setiap saat dan dalam keadaan bagaimana pun, tak peduli telah melakukan perbuatan baik atau buruk, selalu ada energi gaib yang mengawasi kita, partikel yang betebaran dimana-mana semuanya adalah mata yang mengawasi kita dari setiap ruang/dimensi alam semesta. Sedangkan para sesepuh orang Tionghoa selalu tak jemu-jemunya mengingatkan “Mengumpulkan amal dan menjauhi mungkar”, prinsip roh/jiwa primer tidak musnah dan pahala-dosa yang dikatakan di dalam aliran Budha kebetulan terangkai dengan sebuah sistem kausalitas dari menanam kebaikan/keburukan berimbalan.
Aliran Budha berpendapat, pada kehidupan kali ini banyak berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala, ataupun banyak melakukan keburukan dan mengumpulkan banyak karma/dosa, pahala dan dosa tersebut ikut dengan jiwa primer selama bermasa-masa kehidupan sesuai dengan akumulasi pahala maupun dosanya maka diaturlah kehidupan Anda berikutnya. Apabila lebih banyak pahalanya maka kehidupan berikutnya akan berkecukupan materi dan kemuliaan, jikalau lebih banyak dosanya mau makan sesuap nasi saja sulitnya bukan main, sedangkan orang yang penuh dengan kejahatan/dosa besar maka memperoleh imbalan dimusnahkan secara total (dalam neraka dunia maupun neraka jahanam). Seperti para penggagas dan para petugas keamanan di negara komunis China yang hingga saat ini masih menindas pengikut Falun Dafa (dan pengikut-pengikut agama lainnya) dengan brutal bahkan membunuh para kultivator yang tak berdosa, pasti juga akan mengalami kemusnahan dan tidak eksis lagi pada masa kehidupan yang akan datang.
Reinkarnasi, pahala-dosa dan berbuat baik/buruk berimbalan adalah prinsip hukum alam semesta, hendak memilih masa depan yang bagaimana, tinggal bertanya kepada hati nurani masing-masing.
Pada 1998, seorang anak lelaki bernama James Leininger terlahir di negara bagian Louisiana, berbagai kelakuannya yang aneh membuat keluarganya merasa yakin bahwa “kehidupan sebelum” nya sangat mungkin adalah si pilot pesawat yang gugur pada perang dunia II di atas Samudera Pasifik tersebut.
Si kecil James Leininger, selain mainan pesawat udara, ia tidak menyukai jenis mainan lainnya. Menginjak usia 2 tahun, jenis pesawat yang paling disukai James mulai terus-menerus muncul di dalam mimpinya. Andrea, sang ibu, mengatakan kepada wartawan, “Ia selalu menjerit-jerit sewaktu bermimpi, saya bertanya bermimpi apa, jawabannya selalu ‘Pesawat terbakar dan jatuh, tak ada seorang pun yang lolos!’”
Menurut Andrea, si James biasanya menonton TV hanyalah program kartun kesukaan anak-anak pada umumnya, selamanya tak pernah menonton film dokumenter perang dunia II atau program mengenai bidang kemiliteran, namun si James memiliki pemahaman yang mengejutkan tentang struktur pesawat.
Pada rekaman video ketika James berusia 3 tahun, bisa disaksikan ia dengan serius memeriksa sebuah pesawat mainan, persis seperti pilot menginspeksi pesawat sebelum terbang. Selain itu, suatu ketika dia membelikan puteranya sebuah pesawat mainan baru dan menunjukkan di bawah lambung pesawat itu terdapat sebuah bom, dengan segera si James mengoreksinya, itu bukan bom, melainkan sebuah wadah untuk bahan bakar bertipe separate.
Andrea mengatakan, “Saya sebelumnya tidak pernah mendengar tentang wadah bahan bakar bertipe separate, apalagi mengetahui benda apakah itu”.
Andrea mengatakan, “Saya bertanya, kenapa dengan pesawatmu? Ia mengatakan, “Telah ditembak jatuh.” Saya tanya jatuh di mana, ia mengatakan, “Jatuh ke air.” Saya tanya siapa yang menembak, ia mengatakan orang Jepang. Selain itu ia juga mengatakan ia menerbangkan sebuah pesawat tempur tipe Pyrate, dan ia juga memberitahu sang ayah, Bruce, bahwa pesawat tinggal landas dari kapal induk USS Natoma Bay, kala itu ia juga mengenal seorang teman seperjuangan bernama Jack Larson.
Bruce mulai menjelajahi internet untuk mencari data tentang USS Natoma Bay dan berhasil mengajak ketemu para tentara tua yang lolos dari maut sewaktu bertugas di atas kapal induk tersebut. Seorang bernama Ralph Krapohl, pelontar bom pesawat tempur perang dunia II telah membuktikan perkataan James.
Krapohl mengatakan, pada 3 Maret 1945, ia juga kebetulan sedang di atas kapal induk USS Natoma Bay, pesawatnya terbang menguntit pesawat James M. Huston. “Saya melihat dengan mata kepala sendiri pesawat James tertembak peluru meriam penangkis udara, proyektil itu menghantam dari depan dan tepat bersarang di mesinnya.”
Penelitian Ilmuwan Membuktikan Reinkarnasi
Kisah tentang reinkarnasi semenjak zaman dahulu kala sudah sering terdengar dongengnya, sejumlah ilmuwan yang tertarik akan hal tersebut melakukan penelitian di dalam bidang tersebut, dibuktikan bahwa manusia betul-betul menjalani reinkarnasi. Sedangkan dari James si penerbang pada 60 tahun silam ke James si anak lelaki dari negara bagian Louisiana–AS, lagi-lagi adalah sebuah contoh kasus reinkarnasi yang gamblang.
Profesor Stevenson dari Universitas Virginia pernah menghabiskan waktu selama 40 tahun untuk mengoleksi 2.600 contoh kasus anak-anak berusia antara 2 - 7 tahun, para anak-anak itu meski masih belia, tetapi mereka mengetahui situasi mendasar desa yang terletak ribuan km jauhnya dan terjadi pada 10 tahun sebelumnya bahkan yang lebih lama lagi, kebanyakan anak-anak itu mampu berbicara bahasa dari bangsa lain.
Detail kasus-kasus tersebut dibuktikan oleh tim kecil peneliti profesor Stevenson. Sejumlah contoh kasus terkumpul di dalam buku karangannya yang berjudul “Anak-anak yang memiliki memori abad silam: mengenai permasalahan reinkarnasi”.
Stevenson juga mengoleksi 200 lebih kasus yang berkaitan dengan birthmark (toh, atau tanda lahir), di dalam contoh kasus tersebut, mereka itu mengatakan bahwa dirinya pada kehidupan sebelumnya mati lantaran tertembak ataupun tertusuk benda tajam persis pada tempat tanda lahir tersebut. Di dalam 17 buah kasus seperti itu, professor Stevenson telah memperoleh catatan dokter dan lain-lain, catatan tentang pembedahan mayat yang berkaitan dengan hal tersebut, membuktikan proses kematian orang yang terkait mirip dengan yang dikisahkan oleh anak-anak itu. Kasus tersebut terekam di dalam buku lain profesor Stevenson dengan judul: “Titik Persimpangan Reinkarnasi dan Ilmu Biologi.”
Selain itu, profesor Brain Weiss yang memperoleh gelar sarjana pada Universitas Colombia dan gelar doktor ilmu kedokteran pada Yale University School of Medicine, pernah mengajar di University of Pittsburgh dan University of Miami serta menjabat sebagai Psychiatric Director pada pusat ilmu kedokteran Mt. Sinai Miami.
Hasil karya Dokter Weiss “Kehidupan Berulang Kali Masa Silam–Beberapa Guru Besar”, terbit sebanyak 2 juta eksemplar, yang diterjemahkan ke dalam 20 bahasa, diantaranya dalam bahasa Tionghoa “Kehidupan Masa Lalu dan Kehidupan Kali ini” juga populer di Taiwan. Ia pernah mengenal seorang pasien bernama Catherine, yang berusia mendekati 30 tahun, mengidap banyak macam fobia dan depresi; pernah suatu kali di dalam pengobatan, Weiss mengatakan kepada Catherine yang sedang bermeditasi, “Kembalilah pada saat penyakit Anda muncul.”
Catherine kembali ke sebuah zaman kuno sekitar 4.000 tahun silam di daerah Timur Tengah, wajahnya, cara berpakaian, model rambut dan namanya berbeda dengan yang sekarang. Dia masih ingat detail tentang kontur tanah berkaitan dan kehidupan sehari-hari yang dijalaninya, hingga dia mati tenggelam dalam air bah, sedangkan anaknya direnggut oleh air bah dari pelukannya. Ketika ia mati, rohnya melayang di atas tubuhnya.
“Saya melihat trap tangga berwarna putih menuju sebuah bangunan, sebuah gedung berskala besar dengan pilar-pilar. Di depannya luas, tak terdapat pintu dan teras. Saya mengenakan sebuah gaun panjang, semacam jubah yang terbuat dari kain kasar. Saya menyisir kuncir saya, rambut pirang yang panjang.”
Weiss tidak memahaminya dan menanyakan tahunnya dan siapakah namanya waktu itu. “Alangta, usia 18. Saya melihat di depan bangunan tersebut terdapat sebuah pasar. Ada keranjang, yang saya bawa di atas bahu. Kami tinggal di sebuah lembah, tak terdapat air. Tahun itu adalah 1863 SM, di sana tanahnya gersang, panas, pasir ada dimana-mana. Terdapat sebuah sumur, tapi tidak ada sungai, air mengalir dari atas gunung mengalir ke lembah.”
Di dalam perawatan kemudian hari, Catherine telah mengingat kembali 10 lebih masa lampaunya, telah mengalami ulang penyebab yang sangat jauh yang telah mengakibatkan berbagai ketakutan pada kehidupannya kali ini.
Setiap kali ia meninggalkan dunia fana, roh/jiwa primernya selalu melayang ke arah atas tubuhnya, ia disedot oleh cahaya berbelas kasih kembali ke dunia roh, sejumlah jiwa dari tingkat tinggi bahkan bisa melalui mulut Catherine menyampaikan sejumlah informasi spiritual.
Roh Tidak Musnah dan Bagaimana Memilih Masa Depan
Di kalangan rakyat jelata Tiongkok secara turun temurun terwariskan sebuah perkataan: “1 meter di atas kepala terdapat malaikat”, ini mengingatkan manusia agar setiap saat dan dalam keadaan bagaimana pun, tak peduli telah melakukan perbuatan baik atau buruk, selalu ada energi gaib yang mengawasi kita, partikel yang betebaran dimana-mana semuanya adalah mata yang mengawasi kita dari setiap ruang/dimensi alam semesta. Sedangkan para sesepuh orang Tionghoa selalu tak jemu-jemunya mengingatkan “Mengumpulkan amal dan menjauhi mungkar”, prinsip roh/jiwa primer tidak musnah dan pahala-dosa yang dikatakan di dalam aliran Budha kebetulan terangkai dengan sebuah sistem kausalitas dari menanam kebaikan/keburukan berimbalan.
Aliran Budha berpendapat, pada kehidupan kali ini banyak berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala, ataupun banyak melakukan keburukan dan mengumpulkan banyak karma/dosa, pahala dan dosa tersebut ikut dengan jiwa primer selama bermasa-masa kehidupan sesuai dengan akumulasi pahala maupun dosanya maka diaturlah kehidupan Anda berikutnya. Apabila lebih banyak pahalanya maka kehidupan berikutnya akan berkecukupan materi dan kemuliaan, jikalau lebih banyak dosanya mau makan sesuap nasi saja sulitnya bukan main, sedangkan orang yang penuh dengan kejahatan/dosa besar maka memperoleh imbalan dimusnahkan secara total (dalam neraka dunia maupun neraka jahanam). Seperti para penggagas dan para petugas keamanan di negara komunis China yang hingga saat ini masih menindas pengikut Falun Dafa (dan pengikut-pengikut agama lainnya) dengan brutal bahkan membunuh para kultivator yang tak berdosa, pasti juga akan mengalami kemusnahan dan tidak eksis lagi pada masa kehidupan yang akan datang.
Reinkarnasi, pahala-dosa dan berbuat baik/buruk berimbalan adalah prinsip hukum alam semesta, hendak memilih masa depan yang bagaimana, tinggal bertanya kepada hati nurani masing-masing.
Baca Juga:
- Kumpulan Koleksi Foto Cantik Melody JKT48
- Ilmuwan Berhasil Hubungkan Internet Antar Planet
- Kepribadian Orang Berdasarkan Teknologinya
Sumber: http://www.gelut.com/2013/03/misteri-reinkarnasi-apakah-benar-terjadi.html?m=1