a

LEGENDA INDONESIA PANDAWA 5

Pandawa Lima
Pandawa adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Anak Pandu". Mereka adalah lima bersaudara yang muncul dalam kisah epik Mahabharata sebagai tokoh protagonis utama. Mereka adalah anak-anak Raja Pandu Dewanata dari Hastinapura. Setiap tokoh Pandawa merupakan titisan dari dewa-dewa tertentu yang memiliki skill tertentu juga. Dalam kisah Mahabharata, mereka dikisahkan akan terlibat dalam peperangan agung melawan saudara mereka sendiri atau yang kita kenal sebagai perang Bharatayudha (Battle of Kurukshetra). Pandawa merupakan anak dari Prabu Pandu dengan dua istri yang berbeda. Dari rahim Dewi Kunti lahir Yudhistira, Bimasena dan Arjuna. Sedangkan dari rahim Dewi Madri lahir si kembar Nakula dan Sadewa. Pada saat masih kanak-kanak, Pandawa selalu berselisih dengan sepupu mereka, Kurawa. Perselisihan tersebut sering terjadi karena Kurawa selalu dihasut oleh paman mereka yang bernama Sengkuni. Pada saat itu, Hastinapura dipegang oleh ayah Kurawa yang notabene adalah kakak Pandu yang bernama Destarasta (karena Pandu dan Madri sudah meninggal). Duryodana beserta 99 adiknya berhasrat untuk menduduki tahta sebagai raja dan mereka selalu berusaha menyingkirkan Pandawa.

Suatu hari, tahta kerajaan diserahkan kepada anak ketiga Pandawa, yaitu Arjuna. Melihat peristiwa itu, Duryodana sebagai anak Destarasta sangat kesal. Sengkuni berhasil menghasut Duryodana dengan sebuah rencana pembunuhan demi menyingkirkan Pandawa dan ibu mereka, Kunti. Pandawa diundang ke pesta ucapan syukur Kurawa yang bertempat dalam sebuah Pendapa dari kayu yang mudah terbakar. Mereka dijamu dengan minuman yang berisi obat bius dan kemudian membakar tempat itu. Namun sayangnya, rencana mereka berhasil terdengar oleh Widura yang notabene paman dari Pandawa yang telah memberitahukan rencana pembunuhan ini kepada Yudhistira. Ternyata Bima pun sudah diperingatkan oleh orang tua misterius yang mengatakan bahwa mereka akan mendapat bencana. Sebelum kejadian itu, Bima dan Yudhistira telah mempersiapkan rencana pelolosan diri. Bima membawa ibunya dan keempat saudaranya lari ke dalam alas belantara (hutan rimba). 
Kisah ini terkenal dengan nama Bale Sigala-Gala. Setelah peristiwa Bale Sigala-Gala, Pandawa beserta ibu mereka, Kunti, sampai di sebuah kerajaan yang bernama Panchala dimana Dropada sebagai rajanya. Mengetahui sedang diadakan sebuah sayembara memanah yang berhadiah putri raja, Bima dan Arjuna berangkat. Akhirnya sayembara tersebut dimenangkan oleh Arjuna dan Dewi Drupadi berhasil dibawa pulang. Mereka kembali kepada ibu mereka dan berkata bahwa mereka membawa sedekah terbaik. Saat itu Kunti sedang memasak dan tanpa melihat apa yang dibawa anak mereka dia menjawab bahwa mereka harus berbagi sama rata dengan saudara mereka. Atas perintah ibu mereka, Drupadi akhirnya bersuamikan lima orang (Pandawa).

Beberapa lama kemudian paman mereka, Destarasta, mendengar kabar bahwa keponakannya (Pandawa) masih hidup. Dia mengundang mereka kembali ke Hastinapura dan memberikan sebagian tanah kerajaan. Disana, Pandawa membangun sebuah kota yang megah dan diberinama Indraprastha/Amarta dimana Yudhistira sebagai pemimpinnya. Duryodana berkunjung ke Indraprastha dan sangat iri melihat kemegahan kota tersebut. Saat pulang ke Hastinapura, dia memanggil tukang kayu terbaik dan membangun sebuah Pendapa yang tak kalah megah dari Pendapa Indraprastha. Bersamaan dengan itu, Duryodana memiliki rencana untuk merebut Indraprastha dan menjatuhkan Pandawa. Akhirnya rencana Duryodana berjalan mulus, Pandawa dibuang dan harus menjalani masa pengasingan selama 12 tahun ditambah masa penyamaran selama 1 tahun. Apabila dalam masa penyamaran mereka terbongkar, maka mereka harus mengulangi masa pengasingan lagi. Selama masa pengasingan tersebut, berbagai petualangan dimulai hingga meletusnya perang agung Bharatayudha (Battle of Kuruksetra). Itu dia kisah singkat mengenai Pandawa Lima beserta ibu mereka, Dewi Kunti ditambah seorang tokoh yang selalu mendampingi mereka, Dewi Drupadi. Sekarang saatnya kita mengenal satu persatu anggota dari Pandawa.
Get Ready!

Anggota Pandawa 5

1. Yudhishira
2. Bima
3. Arjuna
4. Nakula
5. Sadewa

Yudhisthira
Nama Asli: Puntadewa -> "derajat keluhurannya setara para dewa"
Nama lain:
Ajatasatru -> "yang tidak memiliki musuh"
Bharata -> "keturunan Maharaja Bharata"
Dharmawangsa atau Dharmaputra -> "keturunan Dewa Dharma"
Kurumukhya -> "pemuka bangsa Kuru"
Kurunandana -> "kesayangan Dinasti Kuru"
Kurupati -> "raja Dinasti Kuru"
Pandawa -> "putera Pandu"
Partha -> "putera Prita atau Kunti"
Yudhisthira -> "pandai memerangi nafsu pribadi"
Gunatalikrama -> "pandai bertutur bahasa"
Samiaji -> "menghormati orang lain bagai diri sendiri"

Asal: Hastinapura, Kerajaan Kurukshetra
Senjata: Tombak
Pusaka: Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, Robyong Mustikawarih
Istri: Drupadi, Dewika
Titisan: Batara Dharma
Kemampuan Spesial: Transformasi, Penjinak Binatang, Master Strategi

Puntadewa adalah anak sulung Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Sebenarnya dia anak kedua dari Kunti karena anak pertama yang bernama Karna diasuh oleh Adirata. Puntadewa merupakan putra (titisan) Dewa Yama/Dharma karena Pandu menerima kutukan sebelum dia sempat bercinta dengan istrinya. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, relijius, percaya diri dan berani berspekulasi. Dia hampir tidak memiliki musuh, sangat bijaksana dan hampir tak pernah berdusta selama hidupnya. Kebesarannya dalam peperangan sangat dihormati baik oleh kawan dan lawan. Dia seringkali memaafkan musuh bahkan mengampuni mereka ketika mereka kalah. Saat masa kecil, Pandawa dan Kurawa berguru ilmu agama, hukum dan tata negara kepada Resi Krepa. Puntadewa adalah murid yang paling menonjol dan Resi Krepa sangat mendukung apabila dia yang menjadi penerus tahta kerajaan. Saat belajar persenjataan kepada Resi Druna, Puntadewa paling menonjol dalam menguasai senjata tombak.

Dalam versi Jawa, hanya Puntadewa lah yang menikah dengan Drupadi. Sebelum menjadi kerajaan megah, Indraprastha dulunya adalah sebuah hutan angker yang bernama Alas Kandawaprastha (dalam versi Jawa bernama Wanamarta). Hutan tersebut sebenarnya adalah sebuah kerajaan jin yang dikuasai oleh Yudhisthira dan keempat adiknya. Dalam sebuah perselisihan singkat, akhirnya hutan Wanamarta diserahkan kepada Pandawa. Raja jin Yudhisthira akhirnya memindahkan istana Amarta (Indraprastha) dari alam jin ke alam nyata dan kemudian menghilang (dalam versi Jawa Yudhisthira dan keempat adiknya masuk ke tubuh Pandawa). Disana Puntadewa menjadi raja setelah dipaksa oleh adik-adiknya. Untuk menghormati dan mengenang raja jin tersebut, dia memakai gelar Prabu Yudhisthira. Setelah menjadi pemimpin Amarta, Yudhisthira berusaha keras agar kerajaanya makmur. Konon terdengar rumor bahwa siapapun yang berhasil merebut hati Putri Kuntulwinanten dari Kerajaan Slagahima, maka dia akan makmur. Awalnya dia hanya berniat memiliki seorang istri (Drupadi), namun Drupadi mengizinkan bahwa dia boleh menikah lagi demi kemakmuran kerajaan, akhirnya Yudhisthira berangkat ke Slagahima. Di istana Slagahima rupanya sudah banyak yang berkumpul para raja dan pangeran yang ingin mengikuti sayembara tersebut. Syarat yang diajukan sang putri adalah pasangannya harus memiliki hati yang suci.

Tanpa diragukan lagi, Yudhisthira lah yang memenangkan sayembara tersebut. Namun tiba-tiba putri tersebut menghilang dan masuk ke tubuh Yudhisthira. Ternyata Putri Kuntulwinanten adalah penjelmaan anugrah dewata yang dianugrahkan kepada raja adil yang mementingkan kemakmuran rakyatnya. Sedangkan anak raja Slagahima yang asli bernama Tambakganggeng yang kemudian mengabdi kepada Pandawa dan diangkat sebagai patih di kerajaan Amarta. Yudhisthira pernah mengadakan upacara Rajasuya dengan tujuan menyebarkan dharma (kebenaran) kepada raja-raja di seluruh dunia dan menumpas raja-raja yang jahat. Upacara tersebut dihadiri oleh banyak raja dan pendeta yang akhirnya Yudhisthira dinobatkan gelar Maharajadhiraja.

Yudhisthira memiliki kebiasaan yang buruk, yaitu senang berjudi (terutama judi dadu sebagai permainan favoritnya). Terbukti karena ulah Yudhisthira, dia harus kehilangan kerajaan Amarta dan mengalami masa pembuangan. Diceritakan bahwa saat kunjungan Duryodana ke Amarta, dia sangat berhasrat merebut kota megah itu dari tangan sepupunya. Duryodana yang didukung oleh paman liciknya, Sengkuni, mengundang Yudhisthira dalam permainan dadu di Hastinapura. Awalnya Yudhishira hanya bertaruh uang dan barang-barang. Namun karena kelicikan dari Sengkuni, dia berhasil menghasut Yudhisthira untuk mempertaruhkan lebih. Hasilnya, Yudhisthira mulai mempertaruhkan harta, kerajaan, adiknya, bahkan dirinya. Pada keadaan seperti itu, Sengkuni masih menghasut Yudhisthira untuk mempertaruhkan Drupadi dan kalah. Pada saat itu Drupadi berusaha ditelanjangi oleh Duryodana. Mendengar ratapan dari Drupadi, ibu para Kurawa yaitu Dewi Gandari masuk dan menyuruh Duryodana menghentikan permainan dan mengembalikan semua yang telah dirampas. Namun, beberapa hari berikutnya Duryodana kembali menantang Yudhisthira dalam permainan dadu. Namun pertaruhan diganti yaitu yang kalah harus menyerahkan kerajaan masing-masing beserta isinya dan hidup susah dalam masa pembuangan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun. Akhirnya, Yudhisthira kembali menelan kekalahan dan dia harus menjalani peraturan tersebut.

Mereka menjalani masa pembuangan di hutan. Suatu hari, Kurawa yang dipimpin oleh Duryodana berniat menghina Pandawa dengan mengadakan pesta di hutan tersebut. Namun, mereka justru berselisih dengan kaum Gandharwa yang dipimpin Citrasena. Duryodana ditangkap dan disekap oleh Citrasena. Mendengar kabar tersebut, Yudhisthira mengutus Bima dan Arjuna untuk menolong Duryodana. Awalnya mereka menolak, namun Yudhisthira mengancam akan bertarung sendirian apabila adiknya menolak. Akhirnya Bima dan Arjuna pun berangkat dan berhasil membebaskan Duryodana. Niat awal Duryodana yang ingin menyiksa hati Pandawa berubah menjadi rasa malu yang luar biasa. Kisah lainnya adalah Yudhisthira keadilan Yudhisthira terhadap adik-adiknya ketika mereka tewas setelah minum air telaga. Di kisah itu ayah dewa Yudhisthira muncul untuk menguji keadilannya. Dalam masa penyamaran, Pandawa memilih Kerajaan Matsya dimana Wirata sebagai pemimpinnya. Yudhisthira menyamar sebagai kusir raja yang bernama Kanka. Singkat cerita, saat Kerajaan Matsya akan diserang oleh sekutu Hastinapura, Arjuna yang diutus Yudhisthira memukul mundur pasukan lawan. Akhirnya Yudhisthira menjelaskan bahwa mereka adalah putra Pandu dan Wirata menyesal karena sering memperlakukan mereka dengan kasar. Akhirnya Wirata bergabung dengan Pandawa dalam perang agung.

Setelah melewati masa penyamaran, Yudhisthira kembali ke Hastinapura namun dia dihina oleh Kurawa. Perang pun tak dapat terhindarkan. Sebelum perang dimulai, Yudhisthira mempersilahkan siapa saja yang ingin bergabung untuk segera pindah pasukan. Ternyata dari pihak Kurawa, yaitu Yuyutsu (adik tiri Duryodana) yang berpindah pihak. Singkat cerita, dalam perang Bharatayuddha, Yudhisthira menunjukkan strateginya yang luar biasa saat menghadapi Druna, keahlian memainkan tombak saat melawan Salya, dan keadilan saat menghapi Duryodana. Setelah perang berakhir, Yudhisthira dinobatkan menjadi Maharaja dunia dan memimpin Hastinapura dan Amarta. Sebelum meninggal, Pandawa beserta Drupadi Bharatawarsha dan menuju puncak Himalaya. Yudhisthira adalah orang terakhir yang meninggal saat perjalanan menuju Himalaya dan masuk ke surga. Untuk yang terakhir kalinya, Yudhisthira mendapat ujian di surga dan berhasil menyelesaikannya.

Pusaka
  • Jamus Kalimasada adalah sebuah kitab yang dapat berubah menjadi tombak ketika dilemparkan oleh Yudhisthira.
  • Tunggulnaga adalah sebuah payung pusaka Kerajaan.
  • Robyong Mustikawarih adalah kalung pemberian Gandamana yang tertanam di dalam kulit Yudhisthira. Ketika kesabarannya habis dan dia menyentuh kalung itu, dia akan berubah menjadi raksasa berkulit putih yang bernama Brahala. Konon raksasa ini sebesar gunung dan tidak terkalahkan.

Bima
Nama Asli: Bima -> "mengerikan"
Nama lain:
Werkodara -> "perut serigala"
Bayusuta -> "keturunan Dewa Bayu"
Bhimasena -> "panglima perang"

Asal: Hastinapura, Kerajaan Kurukshetra
Senjata: Gada Rujakpala
Pusaka: Kuku Pancakenaka, Alugara, Bargawa dan Bargawasta
Istri: Drupadi, Arimbi, Walandara, Nagagini
Kemampuan Spesial: Invincible Muscle, Master of Mace
Anak: Gatotkaca, Antasena, Antareja, Sutasoma, Sarwaga

Bima adalah putra kedua dari Pandu dan Kunti yang notabene titisan Batara Bayu (dewa angin). Dia merupakan yang terkuat di Pandawa karena secara fisik, dia memiliki postur yang tinggi dan berotot. Sifatnya kasar walaupun hatinya lembut. Dia adalah satu-satunya anggota Pandawa yang paling ditakuti musuh sebelum berperang. Hal yang paling menonjol dari Bima adalah dia tidak pernah menjilat ludah sendiri. Pada masa kanak-kanak, Bima memiliki kekuatan yang besar dibanding anak sebayanya. Dia sering berbuat jahil kepada sepupunya, yaitu Kurawa. Duryodana adalah salah satu yang paling sering menjadi korban keusilan Bima sehingga dia sangat benci. Suatu hari Pandawa dan Kurawa bertamasya ke Sungai Gangga. Kurawa menyuguhkan makanan dan minuman yang berisi racun dan dimakan semua oleh Bima. Seketika, dia pingsan kemudian diikat dan dihanyutkan dengan rakit di Sungai Gangga. Saat rakit berada ditengah-tengah sungai, ular mulai keluar dan mematuk tubuh Bima yang anehnya, bisa ular tersebut justru menjadi penangkal racun makanan tadi. Ketika Bima tersadar dia membunuh ular-ular tersebut. Salah satu ular pergi dan melaporkan kepada Antaboga (Raja Ular). Mendengar laporan tersebut, Antaboga menyambut Bima dan memberikan minuman. Satu mangkuk minuman tersebut berisi kekuatan yang setara dengan sepuluh gajah dan Bima meminum tujuh mangkuk.

Pada saat pelatihan militer kepada Resi Druna, Bima memusatkan pelatihan terhadap senjata gada dan menjadi saingan berat Duryodana. Namun, dibandingkan Duryodana, Bima memiliki kecerdasan dan taktik yang lebih tinggi. Saat peristiwa Bale Sigala-Gala, Bima berhasil lolos dengan membuat sebuah terowongan yang menuju ke hutan. Bima harus menggendong ibunya, membawa Nakula dan Sadewa dipahanya dan menggotong Yudhisthira dan Arjuna dilengannya. Dia harus berjalan sejauh 72 mil sambil membawa saudara dan ibunya. Di kerajaan raksasa Hidimbawana, Bima bertemu dengan seorang putri yang bernama Hidimbi/Arimbi dan mereka saling jatuh cinta. Kakak Arimbi yang bernama Hidimba marah karena tidak seharusnya raksasa jatuh cinta kepada makanan mereka yang kemudian memaksa Bima untuk bertarung. Bima berhasil membunuh Hidimba dan menikahi Arimbi. Mereka memiliki seorang putra yang diberi nama Gatotkaca. Bima beserta saudara dan ibunya sempat tinggal selama beberapa bulan disana sebelum melanjutkan perjalanan.

Setelah pergi dari Hidimbawana, Pandawa sampai di sebuah kota yang bernama Ekacakra dimana seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota tersebut dan memaksa warga kota memberikan makanana dan korban manusia setiap minggunya. Pandawa akhirnya menginap di sebuah rumah milik kaum Brahmana dimana keluarga tersebut yang mendapat giliran mengirimkan tumbal. Karena merasa berhutang budi, Dewi Kunti menyuruh Bima yang berangkat sebagai korban. Esoknya, Bima pergi ke goa Bakasura dengan membawa segerobak makanan dan dihabiskannya sendiri. Setelah itu dia memanggil sang raksasa dan berkelahi. Pertarungan yang terjadi beberapa lama tersebut dimenangkan oleh Bima. Mayat Bakasura dibawa ke Ekacakra sebagai bukti dan mereka kembali melanjutkan perjalanan ke Panchawala karena mendengar sayembara dimana seorang putri yang bernama Drupadi sedang diperebutkan.

Pada masa pembuangan dan penyamaran, Bima menyamar sebagai juru masak di Kerajaan Winata. (Bima memang dikenal dengan kemahirannya mengolah makanan lezat). Pada perang agung Bharatayuddha, Bima berperan sebagai panglima perang Pandawa. Bima bertarung satu-lawan-satu dengan Duryodana dalam duel gada. Ketika duel berlangsung, Kresna mengingatkan sumpah Bima yang berhasrat memukul paha Duryodana (pada duel gada, paha adalah bagian yang dilarang). Dengan ketangkasannya, Bima berhasil mematahkan paha Duryodana dengan ayunan gadanya dan beberapa saat kemudian, Duryodana tewas. Sama seperti saudaranya yang lain, Bima meninggal secara sempurna (moksa) dan masuk surga dalam perjalanan terakhirnya ke gunung Himalaya.

Pusaka
  • Kuku Pancakenaka adalah sebuah senjata (seperti pisau) yang terletak diantara jari telunjuk dan jari tengah (mirip dengan konsep "Wolverine's Claws").
  • Bargawa dan Bargawasta adalah senjata yang berupa kapak.

Arjuna
Nama Asli: Arjuna -> "jujur dalam wajah dan pikiran"
Nama lain: 
Kurusresáš­ha -> "keturunan Dinasti Kuru terbaik"
Parantapa -> "penakluk musuh"
Wijaya -> "selalu menang"
Sawyasachi ->"ahli panah"

Asal: Hastinapura, Kerajaan Kurukshetra
Senjata: Panah Pasopati dan Gendiwa
Pusaka: Pasupati, Gendiwa
Istri: Drupadi, Subadra, Palupi, Manuhara, Supraba, Srikandi, Sulastri, Larasati, Jimambang, Ratri, Dresanala, Wilutama, Antakawulan, Juwitaningrat, Maheswara, Retno Kasimpar, Diyah Sarimaya, Gandawati, Citranggada
Titisan: Batara Indra
Kemampuan Spesial: Eagle Eye, Ultimate Pray
Anak: Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wijanarka, Wisanggeni, Wilugangga, Pregiwa, Pregiwati, Prabakusuma, Antakadewa, Sumbada, Babruwahana

Arjuna merupakan putra ketiga Pandawa atau putra terakhir dari Pandu dan Kunti. Dia adalah salah satu tokoh Pandawa yang paling tampan. Dia memiliki teman dekat bernama Kresna (avatar Dewa Wisnu). Arjuna juga merupakan salah satu yang pernah melihat secara langsung wujud semesta Kresna. Dan dia adalah satu-satunya tokoh yang mendapat ajaran Bhagawadgita atau yang lebih dikenal sebagai Nyanyian Dewata. Arjuna adalah titisan dari Dewa Indra. Arjuna memiliki keprinadian yang mulia, berjiwa ksatria, kuat iman dan gagah berani. Dia adalah seorang pertapa yang teguh. Ketika dia bertapa, tak akan ada yang bisa mengganggunya. Oleh karena hal itu, Kresna sangat menghargai keteguhan Arjuna sehingga Kresna memanggilnya "kawanku". Satu kelebihan Arjuna yang tak tertandingi adalah hasrat menolongnya. Dia bahkan bersumpah bahwa akan membunuh siapapun yang berani melukai kakaknya, Yudhisthira.

Seperti anggota Pandawa lainnya, Arjuna berguru pemakaian senjata kepada Resi Druna saat masih kecil. Dia sangat mahir menggunakan panah. Hal tersebut terlihat ketika dalam pelajaran memanah. Saat itu Resi Druna menaruh seekor burung kayu di pohon, semua muridnya berkata bahwa mereka melihat daun, ranting, dan objek lainnya. Tetapi Arjuna berkata bahwa dia hanya melihat seekor burung saja. Suatu hari Resi Druna ingin menguji murid-muridnya. Ketika dia sedang mandi di sungai, seekor buaya menghampiri. Druna berpura-pura diserang oleh buaya tersebut. Dari sekian banyak muridnya, hanya Arjuna yang datang menolong. Dia membunuh buaya tersebut dengan menancapkan anak panah tepat di kepalanya. Setelah kejadian itu, Druna memberikan sebuah astra yang bernama Brahmasirsa kepada Arjuna dan mengajarkan cara memakainya. Ketika Pandawa berada di Kerajaan Panchala, Arjuna dan Bima mendengar ada sayembara yang berhadiah putri raja, yaitu Drupadi. Sayembara tersebut berupa kompetisi memanah ikan kayu dengan hanya melihat bayangannya yang terletak di langit-langit balairung. Awalnya yang pertama berhasil menyelesaikan sayembara tersebut adalah Karna, namun Drupadi menolak. Arjuna juga berhasil memenangkan sayembara tersebut dan Drupadi gembira karena melihat ketampanan Arjuna. Drupadi kemudian menjadi istri dari kelima Pandawa dimana dengan syarat, barangsiapa mengganggu kemesraan salah seorang anggota ketika di dalam kamar, maka akan dihukum dengan masa pembuangan selama setahun.

Setelah kerajaan Amarta selesai dibangun, suatu hari seorang pendeta melapor bahwa pertapaanya diganggu oleh raksasa. Seketika, Arjuna bergegas ingin menolong. Namun senjatanya tersimpan dikamar dimana Yudhisthira dan Drupadi sedang bermesraan. Demi kewajibannya, Arjuna rela menerobos kamar mengambil senjata dengan mengacuhkan kesepakatan yang berakibat Arjuna harus menerima masa pembuangan selama setahun. Selama masa pembuangan, Arjuna berkeliling Bharatawarsha (India Kuno). Dimana dia menikah dengan Dewi Palupi dari istana Nagaloka, sekitar daerah sungai Gangga. Setelah melewati Himalaya, Arjuna sampai di sebuah negri yang bernama Manipura. Disana dia bertemu seorang wanita bernama Citranggada, putri Raja Citrasena. Mereka saling jatuh cinta dan menikah dengan satu syarat: apabila anak mereka adalah seorang pria, maka harus tinggal di Manipura sebagai penerus tahta. Akhirnya Citranggada melahirkan seorang putra yang diberinama Babruwahana, dan sesuai perjanjian, sang anak harus tinggal di Manipura.

Perjalanan berlanjut sampai ke Dwaraka dimana Arjuna jatuh cinta kepada seorang putri yang bernama Subadra, adik dari Kresna dan Baladewa. Disana dia menyamar sebagai seorang pertapa dan tinggal di kediaman Baladewa yang sebenarnya tidak disetujui Kresna. Suatu hari, Arjuna menyatakan cinta kepada Subadra dan diterima dengan bahagia. Subadra ingin menikah dengan Arjuna di Amarta. Mereka kabur dengan sebuah kereta yang disiapkan oleh Kresna. Mendengar hal tersebut, Baladewa marah. Akan tetapi Kresna, adiknya, mengatakan bahwa itu adalah permintaan dari Subadra sendiri. Baladewa sadar dan dia menggelar acara pernikahan di Amarta beserta kaum Yadawa. Keluarga Baladewa sempat tinggal beberapa bulan disana dan kemudian pulang, namun Kresna tetap tinggal.

Beberapa lama kemudian Arjuna dan Kresna menjadi teman akrab. Suatu hari, mereka berkemah di dekat sungai Yamuna, tepi hutan Kandawa. Tiba-tiba Agni (Dewa Api) muncul dan bercerita kepada mereka bahwa hutan Kandawa seharusnya sudah hangus. Namun usahanya selalu dihalangi oleh Dewa Indra, ayah Arjuna, dengan dalih melindungi Taksaka (teman Dewa Indra) yang tinggal di hutan tersebut. Arjuna dan Kresna bersedia membantu Agni dengan meminta senjata kuat agar mampu menghalau gangguan. Agni kemudian memanggil Baruna (Dewa Lautan) yang kemudian memberikan Gendiwa dan tabung berisi anak panah yang takkan pernah habis. Untuk Kresna, diberikan Cakra Sudarsana. Dengan bekerja sama, mereka berhasil membakar hutan Kandawa sampai habis.

Dalam masa pembuangan 12 tahun, Arjuna mengambil kesempatan ini untuk bertapa demi memperoleh kekuatan. Dia bertapa di sebuah gunung yang bernama Gunung Indrakila. Dia digoda oleh tujuh bidadari, namun gagal. Para bidadari kembali ke Kahyangan dan melapor kepada Dewa Indra. Mendengar hal itu, Dewa Indra turun menemui Arjuna dalam wujud seorang pendeta. Arjuna menceritakan bahwa dia bertapa ingin menambah kekuatan demi menghadapi sepupunya, yaitu Kurawa. Mendengar alasan tersebut, sang dewa memberikan sebuah pusaka. Arjuna kembali melanjutkan bertapanya namun kali ini dia diganggu oleh babi raksasa yang dikirimkan Dewa Siwa. Arjuna keluar dan memanah babi tersebut dimana pada saat yang bersamaan Dewa Siwa yang menyamar sebagai pemburu juga memanah babi itu. Setelah beberapa saat beradu mulut, Siwa dan Arjuna berkelahi dengan alasan mengklaim hak yang bukan miliknya. Ketika anak panah Arjuna melesat ke Siwa, dia menampakkan wujud aslinya. Arjuna menyesal dan meminta maaf, namun Siwa justru memberikan sebuah hadiah yaitu Busur Pasopati.

Beberapa saat kemudian, Arjuna dijemput penghuni Kahyangan untuk bertemu dengan Dewa Indra dan menghabiskan waktu beberapa tahun. Disana dia bertemu dengan seorang bidadari cantik bernama Urwasi. Karena menolak ajakan nikah dari Urwasi, Arjuna dikutuk menjadi banci. Hal ini memberikan keuntungan kepada Arjuna pada masa penyamaran dimana dia menyamar sebagai guru tari di Kerajaan Wirata. Selama perang Bharatayudha, Arjuna selalu dibantu Kresna sebagai pemandunya. Selama perang, Arjuna berhasil mengalahkan beberapa ksatria hebat Kurawa. Pada hari ke-10, dia harus melawan Bhisma (kakeknya) yang berperan sebagai panglima besar Kurawa. Arjuna sempat bimbang karena tak tega. Namun dengan saran dari Kresna dan bantuan Srikandi, Arjuna berhasil mengalahkan Bhisma. Di hari ke-17, Arjuna bertarung sengit melawan Karna (kakak Pandawa). Arjuna hampir terkena panah dari Karna namun lolos karena bantuan Kresna. Dia berhasil mengalahkan Karna dengan melesatkan panah Rudra tepat di kepala saat kereta Karna terjatuh.

Usai perang, Arjuna sempat berkunjung ke Manipura dimana Babruwahana sudah menjadi raja. Dia sempat terbunuh di tangan anaknya sendiri yang kemudian dibangkitkan kembali dengan bantuan istrinya (ibu Babruwahana). Sebelum perjalanan terakhir, Arjuna kehilangan semua kekuakatan dan senjata-senjatanya. Sama seperti saudaranya yang lain, Arjuna meninggal secara sempurna (moksa) dan masuk surga dalam perjalanan terakhirnya ke gunung Himalaya.

Pusaka
  • Pasupati adalah sebuah busur panah pemberian dewa yang konon membuat pemegangnya memiliki tingkat akurasi tinggi.
  • Gendiwa adalah busur panah pemberian dewa yang memiliki kekuatan dahsyat dan anak panahnya tidak pernah habis.

Nakula & Sadewa
Nama Asli Nakula: Pinten
Nama lain: Nakula, Grantika
Asal: Hastinapura, Kerajaan Kurukshetra
Senjata: Pedang
Pusaka: Cupu Tirtamanik
Istri: Drupadi, Karenumati, Sayati, Srengganawati
Titisan: Batara Aswin
Kemampuan Spesial: Swordmaster, Animals Tamer, Cavalry
Anak: Pramusinta, Pramuwati, Sritanjung
Nama Asli Sadewa: Tansen
Nama lain: Sadewa, Tantripala
Asal: Hastinapura, Kerajaan Kurukshetra
Senjata: Pedang
Pusaka: Maniktira
Istri: Drupadi, Jarasanda
Titisan: Batara Aswin
Kemampuan Spesial: Swordmaster, Animals Tamer, High-Diviner
Anak: Srutakirti, Suhotra

Nakula dan Sadewa adalah anak dari Pandu dan Madri yang lahir karena bantuan Batara Aswin (Dewa Tabib). Mereka adalah anak kembar dimana Nakula sebagai saudara yang lebih tua. Mereka merupakan anggota Pandawa yang paling muda. Nakula lebih tampan daripada Sadewa namun Sadewa lebih cerdas daripada Nakula. akula dan Sadewa sangat dekat dengan alam. Nakula lebih mahir dalam menjinakkan dan merawat kuda sedangkan Sadewa lebih mahir merawat sapi. Semasa kecil, mereka adalah petarung pedang yang handal ketika berguru kepada Resi Druna. Nakula adalah seorang yang teliti dan humoris. Dia selalu mengawasi setiap kenakalan yang dilakukan kakaknya, Bima, terhadap Kurawa. Terkadang, Nakula sangat menyombongkan ketampanannya. Sadewa walapun paling muda, namun dia memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Bahkan kakaknya, Yudhisthira menyebut bahwa Sadewa lebih bijak dari Wrehaspati (guru para dewa). Sadewa sangat mendalami ilmu perbintangan dan dapat meramalkan peristiwa, akan tetapi dia dikutuk apabila dia menceritakan tentang masa depan, kepalanya akan terbelah. Sadewa adalah anggota Pandawa yang paling disayang Kunti (ibu tirinya).

Dalam masa penyamaran, Nakula berperan sebagai perawat kuda sedangkan Sadewa sebagai gembala sapi. Mereka berdua turut serta dalam perang agung Bharatayudha. Terjadi pertarungan sengit antara Sadewa melawan Sengkuni (paman tiri). Sengkuni adalah seorang penyihir kuat yang mendatangkan banjir besar saat pertempuran. Namun Sadewa berhasil mengalahkan Sengkuni dalam misi balas dendam. Dalam perjalanan terakhir menuju puncak Himalaya, Sadewa adalah anggota Pandawa yang pertama meninggal setelah Drupadi. Kemudian disusul oleh saudara kembarnya, Nakula. Namun mereka berdua berhasil Moksa (mati suci) dan masuk ke surga.

Pusaka
  • Tirtamanik adalah sebuah cupu yang berisi Air Kehidupan (Fountain of Youth).
  • Maniktira adalah busur panah yang memungkinkan pemakainya untuk mendatangkan hujan, atau mengeringkan samudra.
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.