Kelembapan udara
Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung di dalam udara. Besar kecilnya uap air di udara merupakan indikator tentang terjadinya hujan (presipitasi). Untuk mengetahui kelembapan udara digunakan alat ukur higrometer. Kelembapan udara dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Kelembapan mutlak (absolut) adalah bilangan yang menunjukkan berapa gram uap air yang tertampung dalam dalam 1 m3 udara.
b. Kelembapan nisbi (relatif) adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es, yang jatuh hingga permukaan bumi. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer. Curah hujan dihitung dalam 24 jam sehingga akan ditemukan curah hujan harian, bulanan, dan tahunan. Cara mengukur curah hujan dalam sehari adalah dengan menghitung banyaknya air hujan yang tertampung dalam gelas ukur (mm) pada ombrometer. Cara menghitung curah hujan dalam sebulan adalah dengan menjumlahkan curah hujan tiap hari selama satu bulan. Sedangkan cara menghitung curah hujan dalam setahun adalah menjumlahkan curah hujan tiap-tiap bulan dalam setahun. Jumlah curah hujan dalam satu bulan, bila kurang dari 60 mm disebut bulan kering, 60-100 mm disebut bulan lembap, dan lebih dari 100 mm disebut bulan basah.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi:
a. Hujan orografis (hujan naik pegunungan), hujan yang terjadi karena udara bergerak naik pegunungan dan hujan terjadi di daerah pegunungan.
b. Hujan konveksi (hujan zenithal), hujan yang terjadi karena udara panas dari permukaan bumi naik ke atas dan menjadi dingin, karena suhu rendah terjadi kondensasi membentuk awan dan jatuh menjadi hujan konveksi. Hujan ini umumnya cukup lebat.
c. Hujan frontal, hujan yang terjadi di daerah front, karena bertemunya massa udara panas dan massa udara dingin (front: bidang batas dua massa udara yang saling bertumbukan). Hujan ini biasanya terjadi di daerah iklim sedang dan biasanya tidak lebat.
d. Hujan muson (musim), terjadi karena bertiupnya angin muson. Di Indonesia hujan muson terjadi pada bulan Oktober sampai April pada saat berembus angin muson barat yang datang dari Benua Asia menuju Australia melalui Indonesia.