a

Fona Suprasegmental

Fona Suprasegmental
Fona suprasegmental atau fona prosodi tidak semudah fona segmental cara mencatatnya. Untuk melukiskan fona-fona prosodi itu biasanya dipergunakan berbagai-bagai tanda diakretik Tandanya terbatas sekali, terutama ciri-ciri prosodi yang kontras-kontras. Untuk itu, lebih banyak berhubungan dengan pembicaraan fonem.
Fona-fona supra segmental itu digolong-golongkan menjadi:
1)     Tekanan/stress
2)     Panjang pendek/length
3)     Nada/pitch
4)     Juncture
5)     Intonasi terminal/terminal intonation.
1)    Tekanan/stress
Bermacam-macam cara untuk melukiskan tekanan tersebut. Tanda diakretik yang digunakan seperti berikut.
        : untuk menandai tekanan yang sekunder
        : untuk menandai tekanan yang primer
Contoh:
                ‘green “house
                ‘white “house
               Panjang pendek/length
Panjang pendek ialah ciri prosodi yang merupakan perpanjangan suatu fona, yang terjadi mungkin kontoid atau vokoid.
Contoh:  ‘adoh’ [?adoh] ... aduh ‘jauh sekali’ [?adu:h]
                   assalam [?assala:m].
2)    Nada/pitch
Nada atau pitch ialah naik turunnya suara ketika sederetan fon-fona difonasikan. Dalam beberapa bahasa tertentu, seperti bahasa Cina, Korea, dan lain-lain pitch itu tinggi frekuensinya, karena dipergunakan selaku komponen yang membedakan makna. Pitch itu biasanya dilukiskan dengan:
            [ /]  : nada naik
            [  \] : nada menurun
            [  - ] : nada mendatar
            [  V ] : nada turun naik
            [  /\]: nada naik turun.
Nada tersebut ditulis di atas silabel atau fona yang harus diucapkan dengan disertai pitch. Dalam tuturan(utterances) keseluruhan atau rangkaian nada merupakan tangga suara atau tangga nada(pitch level). Dalam lukisan prosodi sering juga tangga nada itu ditandai dengan angka:
a)      Angka 1 : untuk pitch terendah
b)     Angka 2 : untuk pitch yang lebih tinggi
c)      Angka 3 : untuk pitch yang lebih tinggi lagi
d)     Angka 4 : untuk pitch yang paling tinggi.

3)    Jeda/juncture
Jeda adalah batas atau perhentian antara satuan-satuan fona. Temponya mungkin pendek atau panjang(lama). Panjang atau pendeknya atau lama sebentarnya perhentian itu relatif sekali. Pendeknya atau lama sebentarnya perhentian itu relatif sekali, bahkan dalam struktur hampir tak dapat dibedakan adanya bermacam-macam jeda. Oleh ahli-ahli bahasa biasanya dilukiskan adanya dua macam jeda;
a)    Jeda dalam (internal juncture) adah jeda yang terdapat dalam perkataan selaku batas silabel, jika kata itu terdiri atas paling sedikit dua silabel diberi tanda [+]; atau mudahnya dapat dikatakan bahwa jeda yang terdapat antarsuku kata, atau jeda yang terdapat dalam kata.
Contoh:   [mi + lI?]
                              [ki + ta].
b)    Jeda luar (external juncture) ialah jeda yang terdapat di antara unsur-unsur frasa.
Jeda luar dapat dibagi menjadi 3 macam:
[  /   ]     ; jeda tunggal
[  // ]     : jeda rangkap
[  #  ]   : jeda silang rangkap.
Contoh: # ?a + yah // su + dah / da + tan / ta +di / pa + gi #
c)    Intonasi terminal (terminal intonation)
Intonasi terminal ialah lagu penghabisan satuan tutur pada setiap yang disebut kalimat. Biasanya sesudah intonasi terminal menyusullah kesenyapan akhir dan awal. Tanda yang dipakai adalah:
                             [ à ]  : untuk mendatar
[ --^]  : untuk menaik yang ditaruh sesudah jeda silang rangkap.
                             [ --v ] : untuk menurun
Contoh: [# ?a +dI? // se + dan / me + na + nIs #--V ]
Kadang-kadang juga diletakkan pada bagian jeda silang :
                             [ #>  ]  : untuk mendatar
                              [ #    ]  : untuk menaik
                             [ #   ]  : untuk menurun.
Kedua macam tersebut dapat dipakai dalam transkripsi fonetis.       
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 Contoh Artikel Berita - Template by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.