Asalasah ~ Di dunia ini tidak ada seorangpun yang tahu kapan nyawanya akan diambil. Namun di Spanyol, orang-orang ini mengikuti festival yang digelar menjelang kematian dirinya. Hiii!
Jika festival identik dengan suka cita, tapi ternyata ada juga perayaan yang diselimuti rasa duka. Di Las Nieves, Galicia, sebuah kota kecil yang terisolir di sebelah barat laut Spanyol terdapat sebuah festival yang terbilang tidak biasa. Namanya adalah La Fiesta de Santa Marta de Ribarteme, ini adalah festival yang digelar setahun jelang kematian seseorang.
Festival ini sudah menjadi bagian dari kebudayaan lokal. Siapa saja yang merasa dalam setahun kedepan akan dicabut nyawanya bisa menjadi peserta dalam perayaan ini. Mereka yang mendaftar kemudian akan diusung di dalam peti mati tanpa tutup kemudian diangkat dan diarak keliling Kota Las Nieves, seperti yang dilihat wisbenbaeTravel di Spanyol, Senin (3/9).
Suasana duka jelas sangat terasa dalam acara yang rutin dilaksanakan pada tanggal 29 Juli ini setiap tahunnya. Keluarga dan kerabat orang yang diarak di dalam peti mati tersebut tampak sangat sedih sambil ikut mengusung keliling kota. Peserta terus diarak hingga sampai pada Saint Marta de Ribarteme, patung pelindung kebangkitan di tengah kota.
Banyak yang menilai bahwa festival ini tidak layak untuk dilangsungkan. Alasannya karena dalam perayaan ini manusia dianggap melebihi kuasa Tuhan akan kematian. Para pemuka agama di Las Nieves sebenarnya sudah melarang La Fiesta de Santa Marta de Ribarteme, tapi kepercayaan masyarakatnya yang sangat kuat mengalahkan teori-teori agama.
Walaupun banyak pro dan kontra bermunculan, La Fiesta de Santa Marta de Ribarteme tetaplah festival yang menarik untuk disaksikan. Buktinya, ribuan orang selalu berkumpul di tepi jalan untuk menyaksikan rangkaian acara tersebut. Masyarakat Las Nieves sudah mulai memadati sudut-sudut kota mulai pukul 10.00 waktu setempat.
Tepat pada tengah hari, peserta kemudian dibawa untuk masuk ke dalam sebuah gereja. Di sini upacara yang lebih khidmat belangsung. Pengeras suara juga digunakan untuk masyarakat di luar gereja. Menjelang sore, lonceng akan berdentang dan menandakan acara di gereja tersebut telah usai.
Masih berbaring pada peti matinya, peserta kemudian diarak lagi menuju ke pemakaman kota. Keluarga peserta masih terus mendampingi sambil meneriakkan, "Virgin Santa Marta, bintang utara, kami membawa orang-orang yang melihat kematiannya untuk Anda."