Beberapa tahun terakhir, peningkatan penyakit tidak menular terus meningkat. Penyakit stroke, misalnya, serangan yang menyebabkan kematian jaringan pada otak itu, kini menjadi ancaman cukup serius, di samping juga penyakit lainnya seperti jantung, hipertensi, dan diabetes.
David Spence, MD, Direktur Pusat Pencegahan Stroke Robarts Research Institute di Kanada mengatakan, peluang kematian terkait penyakit ini sebesar 20 persen, sebesar 40 persen menjadi cacat dan 25 persen bersiko mengalami cacat berat.
Sementara itu, David Wiebers, MD, profesor neurologi di Mayo Clinic, mengungkapkan, sebanyak 50-80 persen risiko stroke dapat dicegah. "Caranya, memulai perubahan gaya hidup sehat sejak usia 25, 35, atau 45 tahun. Dengan demikian, Anda dapat memperkecil risiko stroke di usia 60, 70, atau 80-an," katanya.
Berikut ini adalah 7 (tujuh) langkah cermat mengurangi risiko terkena serangan stroke.
1. Minum air
Para peneliti Loma Linda University menemukan, pria yang meminum lima gelas air atau lebih setiap hari dapat memangkas risiko stroke sebesar 53 persen jika dibandingkan dengan orang yang minum kurang dari tiga gelas. Air membantu mengencerkan darah yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan untuk membentuk bekuan darah, menurut Jackie Chan, DrPH, selaku peneliti utama. "Anda harus minum air sepanjang hari untuk menjaga darah tetap encer, dimulai dengan satu atau dua gelas di pagi hari," ujar Dr Chan.
2. Kurangi minum soda
Peneliti dari Loma Linda University juga menemukan, pria yang minum dalam jumlah besar cairan lain selain air sebenarnya memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke (46 persen). Sebuah teori mengatakan, konsumsi minuman bergula seperti soda akan memicu keluarnya air dari aliran darah, dan menyebabkan penebalan darah.
3. Hindari stres
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Stroke, para peneliti melibatkan 2.100 pria untuk mengetahui kaitan antara kecemasan dan stroke. Hasilnya diketahui bahwa pria yang selalu merasa cemas tiga kali lebih mungkin untuk mengalami stroke iskemik ketimbang pria yang lebih tenang.
"Kecemasan menyebabkan kelebihan produksi kronis dopamin, suatu neurotransmitter yang mengatur kontrol dari sirkulasi otak," kata Ernest Friedman, MD, profesor psikiatri dari Case Western Reserve University.
4. Jauhi asap rokok
Peneliti dari University of Auckland menemukan bahwa orang terpapar asap rokok adalah 82 persen lebih mungkin menderita stroke dibanding mereka yang tidak pernah menghirup.
"Untuk menghilangkan setiap bit tunggal dari karbon monoksida, Anda harus menghirup udara segar selama sekitar 8 jam. Tetapi, sebagian besar karbon monoksida akan hilang dari tubuh Anda dalam satu jam pertama," kata Laurence Fechter, PhD, profesor toksikologi di University of Oklahoma.
5. Kurangi kadar homosistein
Mengonsumsi beberapa jenis vitamin dan mineral dapat menurunkan kadar homosistein yang berhubungan dengan terjadinya stroke. Asupan tambahan folat akan membantu mengurangi risiko stroke, tetapi hanya untuk beberapa orang.
"Sebanyak 50-60 persen tidak akan merespons dengan homosistein yang lebih rendah," kata Seth J Baum, MD, Direktur Medis Mind/Body Medical Institute, sebuah afiliasi Harvard.
Dr Baum merekomendasikan 1.000 mikrogram (mcg) asam folat, ditambah 25 miligram (mg) vitamin B6, 1.000 mcg B12, dan 1.800 mg asam amino N-asetil-sistein (NAC). "Dengan folat, B6, B12, dan suplemen NAC, hampir semua orang akan memiliki kadar homosistein yang normal," kata Dr Baum.
6. Aerobik
Latihan aerobik adalah obat antistroke. "Latihan teratur dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, menurunkan kolesterol LDL, dan mengurangi kelengketan darah," kata Jerry Judd Pryde, MD, seorang psikiater dari Cedars-Sinai Hospital di Los Angeles.
7. Vaksin flu
Peneliti Perancis menemukan, orang yang mendapatkan vaksin flu setiap tahun selama lima tahun, 42 persen lebih rendah risikonya mengalami stroke dibandingkan mereka yang tidak.
"Infeksi kronis dan peradangan dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan meningkatkan risiko penggumpalan darah," kata Pierre Amarenco, MD.