Pendidikan Agamawi Dalam Perjanjian Baru
Abad pertama Masehi pendidikan agama Kristen berkisar pada dua kutub, yaitu Yesus sendiri dan pelaksanaanya menurut isi surat-surat Perjanjian yang paling tua dan muda, yaitu surat-surat Tesalonika dan Penggembalaan.
Yesus adalah buah dari pendidikan agama Yahudi dalam arti bahwa hubungan-Nya yang khusus dengan bapa-Nya tidak membebaskan-Nya dari keperluan belajar sama saperti anak laki-laki Yahudi lainnya. Demikianlah Dia belajar melalui pesta agama-Nya yang berlangsung dalam keluarga-Nya. Kemudian ada kemungkinan besar bahwa Dia menghadiri sekolah rumah ibadat di Nazaret dan kemudian sekolah Beth Talmud. Dalam pada itu Dia memperoleh pengetahuan isi perjanjian lama dan gaya menafsirkannya.
Bagi Yesus sendiri gelar yang amat sesuai dengan swa-pengertian-Nya ialah rabi, guru. Dalam seri gambaran tentang kegiatan-Nya,”mengajar” itu merupakan pelayanan paling awal yang kemudian disusul dengan “ memberitakan injil”dan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. Sama seperti rabi lainnya. Dia menarik perhatian beberapa pengikut yang dinamakan “murid-murid”; suatu istilah teknis yang berkaitan dengan orang-orang yang belajar dari bimbingan seorang pengajar. Pelayanan khas “mengajar” itu diberlakukan pula dengan cara Dia disapa baik teman dan khalayak ramai maupn para lawan-Nya yaitu “rabi”. Sebagian gaya mengajar-Nya berkaitan erat pula dengan yang lazimnya dimanfaatkan kaum rabi. Tetapi kekuasaan-Nya sebagai seorang guru berakar pula identitas-Nya baik sebagai pengajaran benar maupun pernyataan. Itulah sebabnya mengapa Dia berhak memanggil orang-orang untuk mengabdikan diri mereka kepada-Nya “Apabila unsur pengajaran Yesus ini dihilangkan, maka kehidupan-Nya akan menjadi kabur,”.
Dalam gaya mengajar Yesus paling tidak nampaklah delapan pendekatan : ceramah, bimbingan , menghafalkan , perwujudan, dialog, studi kasus, perjumpaan dan perbuatan simbolis.
Tekanan pada pelayanan mengajar itu diterukan oleh jemaat-jemaat Perjanjian Baru sebagaimana jelas nampak dalam surat-surat yang paling tua dan yang mendekati yang paling muda. Paulus memberitakan Injil, tetapi dia mengajar pula dan isi kedua-duanya berakar dalam pernyataan yang diterimanya dari Tuhan. Sesudah orang menjadi percaya sebagai akibat pemberitaan, segera mereka perlu dididik, dibimbing agar warga Kristen baru itu terus bertumbuh dalam imannya. Nampaklah dalam Surat-surat Tesalonika 4 macam bahan pengajaran, yaitu ajaran teologis, pengajaran etis, tata gereja, kata-kata yang menyerupai ucapan Yesus.
Ketika Surat-surat Penggembalaan diselidiki dengan seksama, kepentingan pelayanan mengajar itu diterukan, bahkan dianggap lebih urgen lagi karena jemaat-jemaat itu merasa diri dikepung oleh banyah musuh. Demikianlah pengajaran benar diperlukan agar para anggotanya tidak menyeleweng dari kebenaran injil. (Istilah pengajaran itu dipakai lima belas kali dalam ketiga kitab pendek itu, sedangkan dalam surat-surat lainnya jarang dipakai)
Untuk menjaga pengajaran benar itu mesti ada guru yang sudah mengetahui kebenaran tersebut. Dari sekian banyak tugas yang perlu dilaksanakan sang uskup, pelayanan mengajar menerima tekanan khusus. Ketika isi pengajaran benar itu diperiksa, maka dapat di daftarkan lima macam isi pokok yang berhubungan erat dengan yang nampak dalam Surat-surat Tesalonika: ajaran teologis, pengajaran etis, petunjuk-petunjuk mengenai jabatan-jabatan gerejawi, perkataan-perkataan Yesus dan perlunya bersandar kepada Roh Kudus.